Doha (ANTARA News) - Tampil sebagai juara nomor lari 200 meter putri di Asian Games dengan mengenakan jilbab terbukti bukan jadi penghalang bagi wanita Muslim untuk mewujudkan impian dalam olahraga, kata juara Ruqaya Al Ghasara, Senin. Atlet berusia 24 tahun itu memakai jilbab dan hal itu masih memungkinkan dia mengungguli lawannya dan merebut medali emas bagi Bahrain. "Saya ingin mengatakan bahwa saya amat berterimakasih menjadi seorang Muslim, itu merupakan rahmat," kata mahasiswi manajemen olahraga itu. "Memakai pakaian konservatif memberikan dorongan terhadap saya. Mennggunakan jilbab membuktikan bahwa wanita Muslim tidak menghadapi rintangan dan malah mendorong mereka untuk ambil bagian dalam olahraga. Ini kemenangan bagi semua wanita Muslim." Al Ghasara mengatakan, pelatihnya asal Tunisia Nooruddin Tajin memahami budayanya. "Dia pelatih papan atas, tapi dia juga pelatih Islam Arab yang mengerti tradisi Muslim," katanya. Otoritas olahraga Bahrain membuat program ambisious untuk menjadikan negara Teluk kaya minyak itu sebagai kekuatan internasional dalam atletik dengan merekrut banyak pelari Afrika untuk berlomba dibawah bendera mereka. Al Ghasara, satu-satunya peraih medali emas dari lima juara Bahrain yang tampil di Doha, adalah produk dari proyek lain dan ditemukan pada 2000 oleh tim pencari bakat dari Komite Olimpiade Bahrain. Desember tahun lalu, dia mengukir sejarah ketika memenangi heat 100m untuk menjadi wanita pertama yang memenangi lomba di pesta olahraga Asia Barat yang sebelumnya khusus untuk pria. Tahun ini dia berlatih di Afrika Selatan, Bahrain dan Qatar dan mungkin akan meraih lebih banyak medali di Doha seandainya dia tidak melakukan kesalahan start dalam final 100 meter untuk akhirnya berada di posisi ketiga. "Saya juga mengalami infeksi telinga yang masih dalam perawatan, dan masih mengganggu saya saat lomba," katanya, demikian Reuters.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006