"Usaha mereka mayoritas memakai mesin semi-mekanisasi sehingga perlu peningkatan ke mekanisasi. Kemudian, sistem kerjanya juga harus diperbarui sehingga menghasilkan produk yang bisa bersaing baik secara kualitas maupun kuantitas," kata Ketua Umum Forda UKM Jawa Timur (Jatim), Nur Cahyudi di Surabaya, Sabtu.
Menurut dia, memasuki penerapan MEA 2015 memang UKM menghadapi tantangan yang tidak mudah. Walau demikian, ada sejumlah sektor usaha yang memiliki peluang lebih besar pada momentum tersebut.
"Namun, dari beberapa UKM itu yang paling potensial dalam MEA mendatang di antaranya sektor berbasis sumber daya lokal daripada mereka yang mempunyai konten impor. Seperti usaha keramik, marmer, pertanian, perikanan, barang galian, tambang dan barang hasil hutan," katanya.
Ia menjelaskan sejumlah peluang itu di antaranya diferensiasi produk, memiliki ciri khas dan kualitas yang bisa lebih baik dibandingkan di negara lain sehingga produk yang dihasilkan tidak kalah bersaing.
"Sementara, dari sisi harga maka UKM perlu jeli dalam melihat, mengkalkulasi biaya-biaya yang seharusnya laik dibandingkan negara lain," katanya.
Apalagi, tambah dia, MEA bukan sesuatu yang harus dihindari. Khususnya bagi seluruh anggota Forda UKM penerapan kesepakatan perdagangan antarnegara ASEAN itu sudah menjadi tuntutan.
"Walau begitu, semuanya tergantung bagaimana pengusaha melihatnya mau optimistis atau malah pesimistis. Untuk itu, dunia usaha dituntut untuk beradaptasi sejak dini," katanya.
Di sisi lain, sebut dia, MEA justru membuka kesempatan bagi UKM di dalam negeri guna merebut pasar lebih luas dengan sekitar 600 juta penduduk ASEAN. Sementara di Indonesia berpenduduk 250 juta jiwa.
"Bila mereka sudah memiliki jaringan secara nasional, berarti pengusaha Indonesia sudah menguasai sepertiga pasar ASEAN," katanya.
Kini, lanjut dia, strategi yang bisa dilakukan adalah dengan memproduksi barang-barang yang mungkin belum diproduksi negara lain. Kemudian perlu dilakukan peningkatan dari segi desain.
"UKM harus mengikuti gaya hidup masyarakat terkini. Jangan menggunakan desain produk yang itu-itu saja," katanya.
Pewarta: Indra
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015