Seharusnya pemerintah dapat menemukan polanya, meski petani ada di pelosok seharusnya ada model informasi yang mudah diakses oleh petani. Bukankah saat ini, semua orang sudah memiliki telepon genggam, bisa saja pemerintah menyediakan layanan pesan si
Palembang (ANTARA News) - Anggota Komisi VI DPR RI Wahyu Sanjaya mengatakan para petani karet masih kesulitan mendapatkan informasi harga terbaru di pasaran internasional sehingga kerap dipermaikan oleh tengkulak.
"Berdasarkan pantauan ke sejumlah petani karet di Sumatera Selatan didapati fakta baru, ternyata mereka selama ini selalu terlambat menerima informasi harga," kata Agus dalam kunjungannya ke Sumsel untuk memanfaatkan masa reses (kegiatan di luar sidang) di Palembang, Sabtu.
Ia mengatakan, karena keterlambatan tersebut maka petani kerap dirugikan oleh para pengumpul yang sering mengatakan bahwa harga belum mengalami perubahan.
"Itulah mengapa ketika harga di pasaran internasional sudah naik atau sebaliknya, baru terasa di tingkat petani sekitar sebulan kemudian. Mengapa ini terjadi karena informasi selalu terlambat," ujar dia.
Menurutnya, kenyataan ini sangat disayangkan karena komoditas karet menjadi urat nadi perekonomian Sumsel.
Ia juga kecewa lantaran pemerintah tidak sigap mengatasi persoalan ini mengingat hingga saat ini komoditas karet masih menjadi produk ekspor yang sangat terkait dengan pasar internasional.
"Seharusnya pemerintah dapat menemukan polanya, meski petani ada di pelosok seharusnya ada model informasi yang mudah diakses oleh petani. Bukankah saat ini, semua orang sudah memiliki telepon genggam, bisa saja pemerintah menyediakan layanan pesan singkat, dana kan ada," ujar dia.
Wakil rakyat asal Sumatera Selatan ini mengharapkan para petani tidak lagi dipermaikan oleh tengkulak karena sudah mendapatkan informasi akurat dari pemerintah.
"Seperti harga yang turun dalam tiga tahun terakhir dan memukul petani karet saja tidak ada gerakan dari pemerintah, seperti hanya pasrah saja. Selain itu, saya dengar justru petani yang diminta menginformasikan harga ke dinas terkait, bukan sebaliknya," kata dia.
Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Provinsi Sumsel pada 2013 tercatat sebanyak 648.457 petani menggantungkan hidup di sektor perkebunan karet dengan luas lahan mencapai 1.232.038 hektare.
Jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor ini menjadi yang terbesar disusul kelapa sawit dengan 205.750 petani.
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015