Bandung (ANTARA News) - Akibat daya serap air semakin berkurang dan jumlah hutan di Jawa Barat (Jabar) yang semakin minim, maka sekira 80 persen air hujan diperkirakan tidak dapat terserap ke dalam permukaan tanah, sehingga terjadi bajir, kata Guru Besar
Emeritus Universitas Padjajaran, Prof. DR Otto Soemarwoto.
"Daya serap air yang berkurang karena pengalihfungsian lahan," katanya di Bandung, Senin.
Menurut dia, hutan bisa mengurangi risiko terjadinya banjir dan semakin banyak hutan rusak, dan risiko terjadi banjir semakin besar, pasalnya hutan mampu menahan air hujan, sehingga air tersebut kembali menguap sebanyak 30 hingga35 persen, sedangkan air yang mengalir di permukaan tanah hanya satu persen.
Dikatakannya, perubahan hutan menjadi daerah pertanian masih cukup baik, karena air yang mengalir di permukaan tanah itu sekira 20 persen, namun bila jadi pemukiman, maka daya serap semakin berkurang dan air yang mengalir dipermukaan tanah sekira 60 persen.
Ia mengatakan, vegetasi Bandung Utara semakin berkurang, jika dulu hanya 1 persen air yang mengalir di atas permukaan tanah, maka sekarang menjadi 60 persen, karena daya serapnya jelek akibat pembangunan yang tidak terencana secara baik dari sisi pembangunan berkelanjutan, sehingga terjadi banjir.
Setiap tahun, menurut dia, keadaan lingkungan Kota Bandung semakin rusak, dan dirinya tidak bisa memprediksi separah apakah banjir di Kota Bandung di masa mendatang. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006