Masalah Nama yang Merepotkan di Asian Games 2006
- Senin, 11 Desember 2006 16:57 WIB
Oleh Atman Ahdiat
Doha (ANTARA News) - "What `s in a name", itulah sepotong kata yang sangat terkenal dari pujangga asal Inggris Williams Shakespeare, untuk menggambarkan bahwa nama sebenarnya tidak punya arti apa-apa.
Tapi soal nama justru bisa merepotkan juga di Asian Games 2006 akibat berbagai latar belakang budaya yang berbeda-beda.
Indonesia misalnya, tidak mengenal istilah nama asli dan nama keluarga. Adalah hal yang aneh bagi masyarakat negara lain jika seorang atlet hanya punya satu nama dalam satu suku kata.
Cabang dayung Indonesia adalah cabang dimana atlet Indonesia paling banyak dengan nama hanya satu suku kata. Contohnya adalah Lasmin, Kuat, Silo, Asnawir, Roinadi, Sayadin. Atau di cabang balap sepeda dengan pembalap Kaswanto, Sama`i, Matnur, serta Supriyadi di voli pantai.
Karena dalam daftar nama peserta harus diisi nama lengkap (full name) yang terdiri atas nama asli dan nama keluarga, maka nama-nama dengan satu kata itu pun ditulis dua kali.
Maka tidak mengherankan bila saat panitia mengumumkan nama atlet Indonesia yang akan bertanding melalui pengeras suara, terdengar aneh di telinga orang Indonesia.
"Tim Indonesia terdiri atas Asnawir Asnawir, Roinadi Roinadi, " begitu terdengar di arena dayung saat kedua atlet tersebut akan bertanding di nomor canoeing (C-2) di West Bay Lagoon, barat Doha, Minggu.
Hal yang sama juga dialami oleh negara Korea karena tidak sedikit atlet yang mempunyai nama awal yang sama, seperti Kim, Lee, atau Park.
Korea Selatan mempunyai dua atlet dengan nama yang sama. Selain sama-sama asal Korea Selatan, keduanya juga berusia sama dan bertanding di cabang yang sama pula, yaitu golf. Kedua atlet yang sama sekali tidak punya hubungan keluarga itu juga bersahabat karib.
Panitia pun dibuat pusing tujuh keliling untuk membedakan mereka berdua. Agar tidak terjadi kesalahan, panitia pun mencoba membedakan mereka dengan menyebut salah satunya sebagai "Kim Senior" karena usianya yang lebih tua meski hanya satu bulan.
Kedua Kim itu pun tidak merasa keberatan karena dalam masyarakat Korea, perbedaan usia akan mempengaruhi penghormatan terhadap orang lain.
"Kami biasa dipanggil Kim Do-Hoon A dan B di negara kami. Situasi seperti ini memang terasa aneh juga," kata Kim "senior", pelajar SMP asal Daegu itu seperti yang dikutip AFP.
"Tapi kami sering jalan bersama. Ia sahabat dekat saya dan kami senang bisa pergi bersama-sama, saling membantu dan saling memberi nasehat soal golf,"katanya Kim A, juara golf amatir di Taiwan Juni lalu.
Sementara Kim B yang menjuarai turnamen amatir di dalam negeri Juli lalu, mengakui bahwa ia merasa aneh juga saat pertama kali bertemu Kim A.
"Tapi begitu kami saling mengenal, kami pun menjadi sahabat karib,"katanya.
Gara-gara nama yang sama itu, mereka pun sering menemui berbagai kesulitan ketika berpergian mengikuti kejuaraan yang sama.
"Ketika kami membeli tiket pesawat, agen perjalanan ternyata hanya memesan satu tempat duduk untuk kami karena dikira telah terjadi pembelian ganda,"kata Kim B yang berasal dari Busan, tuan rumah Asian Games empat tahun lalu.
"Tas golf kami pun sering tertukar oleh caddy,"kata Kim senior menimpali.
Lalu bagaimana mereka saling memanggil?
"Saya hanya memanggil dia hey...,"kata Kim A yang mempunyai tinggi badan 176cm, enam centi lebih pendek dibanding Kim B, tapi enam kilo lebih berat. "Atau kadang saya memanggilnya Kim Do-Hoon dari Daegu,"kata Kim B.
Dua Kim itu juga mempunyai cita-cita yang sama, yaitu berlalih ke profesional dan menjuarai turnamen Korea Terbuka sebelum mengawali perjuangan dengan mengikuti event yang lebih bergengsi seperti Tour AS. Tapi setidaknya sampai saat ini, mereka masih terfokus di Asian Games 2006.
Kim adalah nama yang umum di Korea dan berarti emas. Setidaknya terdapat 127 Kim diantara 10.000 atlet yang berlaga di pesta olahraga terbesar Asia itu.
Meski Shakespeare telah menyatakan bahwa nama tidaklah berarti apa-apa, namun nama kadang memang bisa mendatangkan salah pengertian dan sedikit merepotkan bila terdengar aneh bagi orang lain, seperti yang pernah dialami wartawan Indonesia saat berada di bandara Hongkong beberapa waktu lalu.
Petugas itu sama sekali tidak bisa menerima dan merasa aneh dengan jawaban wartawan tersebut saat ditanya namanya.
"Tentu saja saya tidak tahu nama Anda," kata petugas itu berulang-ulang dalam bahasa Inggris ketika wartawan itu menjawab bahwa namanya "Yudono". Bagi orang asing dan berbahasa Inggris, lafal yang keluar dari nama itu memang tidak berbeda dengan "You don`t know".(*)Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006