Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menegaskan secara umum nilai tukar rupiah sampai saat ini masih dalam posisi yang cukup aman.

"Kami ingin sampaikan secara umum, kami melihat itu masih dalam kondisi aman," kata Agus Martowardojo setelah rapat yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu.

BI bersama OJK dan para menteri ekonomi dipanggil Presiden untuk berkoordinasi terkait perkembangan ekonomi global dan pelemahan kurs.

Agus mengatakan, pada intinya BI akan selalu berada dan memantau pasar agar volatilitas tidak tinggi.

"Kami ingin itu tetap di batas yang dapat diterima. Apabila volatilitas tinggi kami akan masuk untuk memastikan tetap terjaga," katanya.

Ia menilai perkembangan ekonomi global ditambah dengan kondisi domestik khususnya pasar valas Indonesia sudah membuat nilai tukar rupiah (year to date) terdepresiasi hingga 5,7 persen.

Namun, kata dia, jika dilihat secara seimbang, Indonesia bersama dengan berkembang utama lain seperti Brasil, Turki, India, dan Afrika Selatan justru banyak disoroti.

"Kita selalu dilihat, kalau rupiah terdepresiasi 5,7 persen, Brasil riilnya terdepresiasi 16,7 persen, Turki 13 persen. Kondisi yang terjadi di Indonesia tidak sebesar depresiasi negara berkembang utama," katanya.

Agus menambahkan, di kawasan ASEAN, Indonesia juga tidak mengalami hal yang lebih buruk dibandingkan nilai tukar mata uang negara tetangga bahkan misalnya Ringgit Malaysia dan Dolar Singapura yang juga mengalami tekanan.

Bahkan mata uang Australia dan Selandia Baru juga terdepresiasi lebih besar dari mata uang rupiah.

BI sendiri kata Agus akan mewaspadai inflasi dan transaksi berjalan.

"BI akan memastikan inflasi terkendali dan transaksi berjalan sehat," katanya.

Pihaknya menyambut baik upaya pemerintah untuk memperbaiki transaksi berjalan termasuk komitmen untuk merealisasikan APBN, hingga meningkatkan penerimaan negara untuk membiayai APBN.

(H016)



Pewarta: Hanni Sofia Soepardi
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015