Jakarta (ANTARA News) - Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan Minuman (Gapmmi) mengkhawatirkan penguatan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah karena melampaui perhitungan harga pokok industri makanan dan minuman yang diperkirakan, yakni Rp12.000 hingga Rp13.000 per dolar AS.

"Kami sudah membuat perhitungan harga pokok dan sebagainya berdasarkan perkiraan nilai tukar rupiah terhadap dolar tersebut, nah jika tiba-tiba tembus dari Rp13,000 per dolar AS itu agak mengkhawatirkan," kata Ketua Umum Gapmmi Adhi Lukman di Jakarta, Rabu.

Adhi mengatakan, dampak penguatan dolar terhadap rupiah sangat dirasakan industri makanan minuman, karena sebagian besar bahan baku masih diimpor, seperti gula, terigu, susu, jus konsentrat, kedelai dan perasa.

"Kami masih impor gula 100 persen, terigu 100 persen, susu 70 persen, jus konsentrat 60 persen, kedelai 70 persen dan perasa 70 persen. Sehingga dampaknya sangat terasa sekali," ujar Adhi.

Namun, menurut Adhi, industri menengah besar dan olahan saat ini masih memiliki daya tahan berupa persediaan bahan baku selama satu bulan, persediaan produk jadi selama satu bulan dan persediaan pada distributor selama satu bulan, sehingga industri masih memiliki daya tahan hingga tiga bulan produksi.

Adhi menambahkan, pihaknya telah meminta kepada pemerintah untuk segera menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar tersebut, sehingga industri makanan dan minuman bisa berjalan seperti biasa.

Adhi mengatakan, apabila penguatan dollar AS masih terjadi pada satu hingga dua minggu ke depan, maka Gapmmi akan menaikkan harga sebagai pilihan terakhir, yang diprediksi akan mempengaruhi daya beli masyarakat.

"Menaikkan harga itu pengaruhnya besar sekali terhadap penjualan, apalagi ini menjelang puasa, agak dilema buat industri. Jadi, kami mengharapkan pemerintah segera menstabilkan ini," kata Adhi.

Menurutnya, kisaran harga yang terjadi sangat tergantung pada bahan baku produksi makanan minuman itu sendiri, namun kenaikkannya diprediksi mencapai 5 persen hingga 10 persen.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015