Jakarta (ANTARA News) - Tentara Nasional Indonesia (TNI) tetap mengedepankan langkah persuasif dalam menyikapi persoalan keamanan di Papua, menyusul insiden penembakan anggota TNI oleh kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Persoalan di Papua lebih banyak bernuansa politis daripada keamanan, kata Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto usai menghadiri pertemuan tertutup dengan Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono membahas persiapan sidang ke-35 General Border Committee (GBC) Malaysia-Indonesia (Malindo), di Jakarta, Senin.
"Dalam konteks insiden kemarin, ya yang bersalah harus ditindak tegas dan dihukum sesuai undang-undang berlaku. Tetapi, bukan berarti kita terus menangkap dan membunuh orang (OPM-red)," katanya.
Djoko menegaskan, pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk menangani masalah Papua semisal pemberlakuan Otonomi Khusus (Otsus).
"Itu yang dilanjutkan. TNI tidak bisa lagi langsung datang, berperang melawan mereka (OPM-red) seperti dulu, pendekatan yang dilakukan sudah berbeda," katanya.
Saat ini, tambah Djoko, TNI terus melakukan pendekatan persuasif kepada seluruh kelompok separatis di Papua agar mereka kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Kita terus untuk mengajak mereka kembali ke NKRI, kembali berbaur dengan masyarakat. Dan hasilnya sudah ada. Banyak dari mereka yang telah kembali," ungkapnya.
Sersan satu (anumerta) Djoko Susanto tewas tertembak oleh kelompok separatis OPM saat melaksanakan tugas negosiasi dengan kelompok OPM pimpinan Goliat Tabuni di ketinggian Muliambut Distrik Mulia, Kab. Puncak Jaya Jayapura.
Selain almarhum Djoko, Serka (pur) Tobias Sirken mantan anggota Koramil 1705-05/Mulia, juga tewas dalam insiden itu. Saat ini, aparat keamanan dan TNI terus melakukan pengejaran terhadap pelaku penembakan tersebut. (*)
Copyright © ANTARA 2006