Jakarta (ANTARA News) - Komisi PBB untuk Penanggulangan Narkoba dan Kejahatan (CND) mengharapkan masalah peredaran obat-obatan terlarang dapat segera teratasi meski terdapat beragam hambatan yang bisa menjadi rintangan.
"Komitmen dari negara-negara anggota untuk melakukan pendekatan yang seimbang jelas terlihat di dalam berbagai rancangan resolusi yang disajikan di CND," kata Direktur Eksekutif Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) Yury Fedotov dalam rilis Pusat Informasi PBB yang diterima di Jakarta, Selasa.
Sebagaimana diketahui, CND mulai melakukan pertemuan pada hari Senin (9/3) di Wina, Austria, untuk merumuskan kebijakan yang bakal mengatasi tantangan yang ada.
Beragam tantangan itu antara lain mulai dari melindungi anak-anak dari penjualan online zat psikoaktif baru, hingga menghadapi arus keuangan yang terkait dengan perdagangan narkoba, serta berencana untuk melakukan sesi khusus Majelis Umum pada Masalah Obat-obatan Dunia pada tahun 2016.
Fedotov memuji CND atas peran utamanya sebagai badan pembuat kebijakan mengenai narkotika di dalam sistem PBB, serta dukungan badan untuk organisasi yang bermarkas di Wina dalam mencapai strategi dan operasional yang lebih besar.
Bekerja dengan CND dinilai telah memungkinkan UNODC untuk menempatkan respons antar regional yang terintegrasi, dan terkait dengan respons dari program UNODC di tingkat negara, regional dan global untuk menghadapi tantangan obat-obatan terlarang," katanya.
Sesi Komisi, yang dilangsungkan antara tanggal 9 hingga 17 Maret di Wina, akan mencakup segmen khusus selama empat hari akan melakukan persiapan untuk sesi khusus Majelis Umum PBB tentang masalah narkoba dunia pada tahun 2016.
Sesi tersebut menghadirkan sekitar 1.000 delegasi yang mewakili negara-negara anggota, organisasi antarpemerintah, organisasi masyarakat dan media untuk mengikuti diskusi global mengenai masalah narkoba dunia.
Di Indonesia, Badan Narkotika Nasional (BNN) mendukung eksekusi mati para gembong narkoba secara konsisten untuk memberi efek jera namun berharap para pengguna disembuhkan melalui program rehabilitasi.
"Kematian 33 orang kita setiap hari karena narkoba sangat merugikan dan mengkhawatirkan. Karenanya para pengedar harus ditindak tegas. Adapun pembeli (pemakai) harus disembuhkan," kata Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN Bachtiar Hasanudin Tambunan di Jakarta, Selasa (10/3).
Dilihat dari jumlah pengguna dan total kebutuhan narkoba setiap tahunnya, Indonesia sudah menjadi sasaran perdagangan gelap narkoba di Asia Tenggara, kata Bachtiar Hasanudin pada acara sarapan pagi Menlu Retno L.P.Marsudi dengan belasan wartawan senior di Jakarta.
Menurut Bachtiar, jumlah pengguna mencapai empat juta orang dengan rentang usia antara 10 dan 59 tahun.
Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015