Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar spot antarbank Jakarta bergerak melemah 35 poin pada awal perdagangan Senin dan berada pasa kisaran 9.100/9.105 per dolar AS setelah pada akhir pekan lalu ditutup pada 9.065/9.067. Menurut pengamat pasar uang Farial Anwar, melemahnya rupiah terjadi akibat tekanan ambil untung (profit taking) setelah pada pekan lalu rupiah menguat tajam. Meski demikian, Farial menilai aksi ambil untung ini wajar terjadi ketika rupiah dianggap telah mendatangkan "gain" (keuntungan). "Pasar uang sepanjang sesi pagi didominasi aksi lepas rupiah sehingga mata uang lokal itu terpuruk," katanya. Rupiah, lanjutnya, masih berpeluang untuk menguat lagi meski saat ini terkoreksi setelah, Bank Indonesia (BI) menurunkan BI Rate dari 10,25 persen menjadi 9,75 persen. Penurunan BI Rate terhadap rupiah sebenar tidak berpengaruh besar terhadap pergerakan rupiah, namun pelaku pasar hanya berspekulasi membeli mata uang asing itu untuk mencari untung, setelah terpuruk terhadap semua mata uang global, katanya. Dolar AS sendiri sempat terpuruk di level 114 yen, karena pelaku asing khawatir dengan kondisi ekonomi AS yang makin melambat dan membengkaknya defisit transaksi perdagangan AS, katanya. Menurut dia, kenaikan rupiah yang terlalu cepat juga tidak sehat bagi pergerakan mata uang lokal itu, namun BI harus tetap melakukan pemantauan agar rupiah tidak terpuruk lebih jauh dibanding kenaikan sebelumnya. "Kami sebelumnya meminta BI untuk tetap mengawasi gerakan rupiah tersebut, sehingga tekanan pasar terhadap rupiah dapat diantisipasi dengan baik, katanya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006