Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore terdepresiasi sebesar 49 poin ke level Rp13.024 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.975 per dolar AS.
"Pelemahan nilai tukar rupiah lebih didorong oleh kuatnya data ekonomi Amerika Serikat sehingga menjadikan dolar AS mengalami penguatan terhadap berbagai mata uang dunia," kata Analis Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Guntur Tri Hariyanto di Jakarta, Senin.
Ia mengemukakan bahwa data ketenagakerjaan AS terus menunjukan tren penguatan. Pada bulan Februari lalu, terjadi penambahan jumlah tenaga kerja non-pertanian Amerika Serikat sebesar 295.000.
Meningkatnya data pekerjaan AS itu, lanjut dia, membawa tingkat pengangguran di Amerika Serikat turun menjadi 5,5 persen dari sebelumnya 5,7 persen, dan merupakan angka terendah sejak tahun bulan Mei 2008 lalu.
"Menguatnya data ekonomi AS mendorong ekspektasi bahwa suku bunga AS (Fed fund rate) akan dinaikkan secepatnya, sehingga mendorong sentimen negatif ke pasar modal maupun pasar valas di dalam negeri," katanya.
Kendati demikian, ia menambahkan bahwa terjadinya deflasi pada Januari dan februari tahun 2015 ini, memunculkan ekspektasi tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) bisa kembali turun. Turunnya BI rate diharapkan dapat memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya.
"Namun, penurunan BI rate juga harus diiringi oleh perbaikan defisit neraca berjalan Indonesia, itu menjadi kunci manfaat rendahnya suku bunga di tengah pelemahan rupiah," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin (9/3) ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.047 dibandingkan hari sebelumnya, Jumat (6/3) di posisi Rp12.983 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015