"Kami belum dapat nama-nama para ABK Indonesia yang hilang itu karena perusahaan (kapal Taiwan) belum memberikan, dan kami sekarang sedang mengusahakan identitas itu dari agen pengirim para ABK di Indonesia," kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemlu RI Lalu Muhammad Iqbal di Jakarta, Senin.
Menurut Muhammad Iqbal, pihaknya mendapat informasi bahwa kapal penangkap ikan dengan bobot 700 ton milik perusahaan Taiwan yang hilang di Samudera Atlantik itu membawa 49 ABK, yang terdiri atas kapten dan kepala teknisi mesin dari Taiwan, 21 WNI, 13 warga Filipina, 11 warga Tiongkok, dan dua warga Vietnam.
Iqbal menyampaikan, kapal tersebut sudah tidak dapat dihubungi sejak 26 Februari 2015 dan dinyatakan hilang. Namun, pihak Kemlu RI baru memperoleh kabar dari pemilik kapal asal Taiwan pada pekan lalu.
"Kapal Taiwan ini terakhir kali melakukan komunikasi pada 26 Februari sore ketika berada di sekitar pulau Falkland dan sedang dalam perjalanan ke Atlantik Selatan," ungkap dia.
Direktur PWNI-BHI Kemlu RI itu mengatakan, sampai saat ini pihaknya masih melakukan koordinasi dengan Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei untuk bisa memperoleh identitas dari 21 ABK Indonesia yang hilang bersama kapal Taiwan itu.
"Sejak mendapat kabar ini, kami meminta KDEI di Taipei untuk mencari tahu identitas para ABK dan status kapal itu. KDEI Taipei akan berkoordinasi dengan otoritas setempat," ujar dia.
Akan tetapi, kata dia, hingga saat ini belum ada status yang pasti mengenai keberadaan Kapal Hsiang Fu Chuen dan pencarian masih terus dilakukan.
"Pemilik kapal masih melakukan upaya untuk mencari kapal itu. Proses pencarian mengalami hambatan karena masalah cuaca," ujar Iqbal.
Otoritas Taiwan berjanji mencari kapal Hsiang Fu Chuen pembawa 49 orang termasuk 21 ABK Indonesia yang hilang di Samudera Atlantik.
Kapal Hsiang Fu Chuen hilang kontak setelah sebelumnya salah satu awak kapal melapor kapal itu mengalami kebocoran. Kapal itu hilang pada pukul 03.00 (waktu setempat) pada 26 Februari 2015.
Sebelum hilang kapal itu terakhir berada di wilayah yang berjarak 1.700 mil laut (3.148 kilometer) dari lepas pantai Kepulauan Falkland, berdasarkan keterangan data satelit Taiwan.
Taiwan telah meluncurkan operasi pencarian dengan meminta bantuan Argentina dan Inggris.
"Kami masih belum tahu di mana kapal itu, dan apa yang terjadi dengan kapal itu," kata Huang Hong-yen, juru bicara Badan Perikanan Taiwan.
Menurut dia, tidak ada bukti bahwa kapal itu tenggelam.
"Kami akan melakukan segala yang kami bisa meskipun pencarian itu seperti mencari jarum di laut," kata Huang, seperti dilansir ABC.
Pewarta: Yuni Arisandy
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015