Bandung (ANTARA News) - Hinda (45), warga Kampung Sukamulus RW 12 Desa Cigugur Girang Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung terluka ringan dan jari telunjuk kaki kirinya patah akibat tertimpa batu kali yang tergusur air dari longsoran benteng Pesantren Eco Daarut Tauhid (DT). "Sesaat sebelum kejadian menimpanya hari Sabtu sekitar pukul 18.30 WIB, korban sedang memperbaiki aliran air di samping rumahnya yang berhimpitan dengan benteng milik Yayasan Aa Gym setinggi tujuh meter itu. Tiba-tiba ada air deras datang dari atas tanah yang ada di benteng itu, lalu kakinya terkena batu kali yang terbawa air," ujar Nandang Rahmita, Ketua RW 12 Cigugur Girang kepada ANTARA News, Minggu. Dikatakan, korban sebenarnya telah berusaha menghindar, namun sesaat kemudian benteng itu rubuh, sehingga air bah yang berasal dari lahan di benteng tersebut tumpah serta sempat membanjiri ruas jalan dan beberapa rumah warga setempat. Beberapa bulan terakhir pihak RW bersama warga dan tokoh masyarakat pernah mengajukan kekhawatiran bahwa bahaya longsor akan menimpa permukiman mereka ketika musim hujan tiba, di mana air selalu melimpah dari bukit milik DT itu. Namun, menurut Nandang, komplain dari masyarakat tidak digubris pihak Pesantren Eco DT dan menganggap bahwa air dari tanah di bukit itu akan mengalir ke arah timur (air tumpah ke selokan) dan bukan mengarah ke selatan (air tumpah ke arah permukiman). Warga sering komplain hingga suatu saat korban yang juga tokoh masyarakat di sini diundang pihak Yayasan untuk berdiskusi di Ponpes DT di Gegerkalong, namun tidak ada keputusan yang meyakinkan, hingga kemudian terjadi musibah pada Sabtu malam lalu. "Yayasan DT baru merespons komplain kami setelah musibah tersebut menimpa warga, dan mereka berjanji akan merealisasikan apa yang diinginkan warga mengenai kekhawatiran terhadap tumpahan air dan ancaman longsor susulan," jelas Nandang. Tanggapan pihak DT dinilainya sangat lamban karena baru memberikan reaksi setelah terjadinya musibah yang merugikan korban dan warga Cigugur Girang. Sementara itu Ali Wafa Afif ST, Kepala Divisi Litbang Pesantren Eco DT membenarkan adanya keluhan warga mengenai kekhawatiran adanya limpahan air ke permukiman. "Di lahan yang dibenteng ini akan dibangun pesantren ecologi, sebagai pesantren yang ramah lingkungan. Semua permasalahan telah kami atasi, dan pengobatan korban telah menjadi tanggungjawab kami sepenuhnya, begitu pula batu yang menimpa jalan telah kami bersihkan," katanya.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006