Nunukan (ANTARA News) - Masyarakat di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia mengeluhkan kelangkaan daging akhir-akhir ini di Kabupaten Nunukan, Kaltara.
Sejumlah warga di Kabupaten Nunukan yang ditemui di Pasar eks korban kebakaran Yamaker, Senin mengungkapkan, selama daging beku asal Tawau, Malaysia dilarang masuk ke daerah itu masyarakat kesulitan mendapatkan daging.
Selama ini masyarakat di wilayah perbatasan hanya mengharapkan pasokan daging asal negara tetangga karena ketiadaan daging segar lokal.
Kesulitan mendapatkan daging yang dialami masyarakat setempat perlu mendapatkan perhatian pemerintah dengan menyuplai daging lokal (segar) jika benar-benar pemerintah Kerajaan Malaysia melarang daging asal India melalui negara itu masuk ke Kabupaten Nunukan, ujar Rima, ibu rumah tangga yg berdomisili di Jalan Radio Kelurahan Nunukan Utara Kabupaten Nunukan.
Kelangkaan daging ini dikemukakan pula. Rizadi, seorang pedagang daging beku asal Malaysia di Pasar Tanah Merah bahwa sejak dua bulan lalu daging asal India dan Selandia Baru yang didatangkan melalui seorang pengusaha Tawau tidak selancar sebelumnya.
Ia mengatakan ini karena pihaknya juga sangat kesulitan memenuhi kebutuhan pelanggannya disebabkan kurangnya pasokan dari negara itu.
"Susah sekarang dapat daging dari Tawau (Malaysia) karena dibatasi. Itupun harus waspada karena tetap ditangkap sama aparat kalau ditemukan," ujar Rizaldi.
Ia mengaku, untuk mendatangkan daging beku dari Tawau harus lebih hati-hati dan jumlahnya terbatas.
Masyarakat di daerah itu hanya mengandalkan daging beku karena untuk mendapatkan daging segar (lokal) sangat susah sehubungan kurangnya minat pedagang setempat memasarkan karena harganya jauh lebih mahal hingga mencapai Rp90.000-Rp100.000 per kilogram.
Sementara, sebut Rizaldi, harga daging beku saat ini hanya berkisar Rp70.000 per kilogram.
Pewarta: M Rusman
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015