Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Senin pagi turun 15 poin dari posisi terakhir pekan lalu menjadi Rp12.990 per dolar AS.

"Dolar AS naik terhadap mayoritas mata uang dunia termasuk rupiah setelah tingkat pengangguran dan pertambahan tenaga kerja non-pertanian Amerika Serikat diumumkan membaik," kata Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta.

Ia mengatakan data positif dari Amerika Serikat itu kembali membangkitkan ekspektasi soal kenaikan suku bunga Amerika Serikat (Fed fund rate) tahun ini dan menekan aset mata uang berisiko seperti rupiah.

Namun, lanjut dia, berita positif dari Tiongkok yang mencatatkan surplus neraca perdagangan, serta negosiasi Yunani dan Uni Eropa menjelang jadwal pembayaran bunga utang negara itu diperkirakan bisa menahan penguatan dolar AS terhadap mata uang berisiko.

Selain itu, ia menambahkan, peluncuran program pelonggaran kuantitatif bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) sepertinya juga akan berdampak positif terhadap pasar keuangan global.

Dari dalam negeri, ia mengatakan, ada sentimen positif terhadap rupiah dari peningkatan cadangan devisa Februari 2015, menunjukkan aliran dana asing masih cukup deras ke dalam negeri.

Data Bank Indonesia menunjukkan cadangan devisa Indonesia per akhir Februari 2015 sebesar 115,5 miliar dolar AS atau setara dengan Rp1.501,5 triliun (kurs Rp13.000 per dolar AS), meningkat 1,3 miliar dolar AS atau Rp169 triliun dari posisi akhir Januari 2015.

Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengatakan peningkatan cadangan devisa itu akan menjadi salah satu penopang laju mata uang rupiah.

"Meningkatnya cadangan devisa itu menunjukan ekonomi Indonesia masih kuat di tengah perlambatan global, dan cadangan devisa juga masih mampu menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan," katanya.


Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015