Jakarta (ANTARA News) - Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Marwah Daud Ibrahim di Jakarta, Minggu mengimbau pada banyak pihak agar isu poligami tidak lagi menjadi kontroversi yang berkepanjangan. "Jangan habiskan energi untuk memperdebatkan soal poligami. Kembalikan saja pada tuntunan agama," katanya. Secara pribadi, perempuan kelahiran Soppeng, Sulawesi Selatan ini mengatakan tidak mau ditanya lebih dalam tentang setuju atau tidaknya poligami. Namun ia mengaku sangat setuju bila ada aturan tentang perlunya suami meminta surat izin tertulis untuk berpoligami dari istri pertama. "Istri pertama harus tahu dan ikhlas kalau suaminya menikah kagi. Bila perlu minta izin tertulis ke orang tua istri pertama itu agar semua menjadi jelas," katanya. Usulan itu tercetus, kata dia, karena melihat banyak laki-laki yang menikah lagi namun tanpa sepengetahuan istri pertamanya sehingga menyakitkan bagi pihak perempuan dan keluarganya. Sementara itu terkait wacana pemerintah yang akan mengatur poligami dalam undang-undang, Marwah mengatakan aturan itu akan lebih tepat diterapkan pada para pejabat publik. "Pejabat publik dan keluarganya kan mendapat tunjangan dari negara, kalau semakin banyak istri dan anaknya maka akan semakin banyak uang negara yang digunakan untuk membiayai mereka," katanya. Ibu tiga anak ini juga mengatakan bila poligami dilakukan seseorang karena alasan mengikuti sunnah Rasul, maka seharusnya pria harus bersikap adil dan menjalankan sunnah Rasulullah dengan benar. "Kalau niatnya menjalankan sunnah Rasul ya lakukan sesuai Sementara itu di Jogjakarta, Ketua Umum PP Aisyiah, Prof Dr Siti Chamamah Suratno mengatakan poligami yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia merupakan bukti dominasi budaya patriarki dalam kehidupan. "Poligami hanya memperhatikan perasaan laki-laki dan mengabaikan perasaan para perempuan," kata Menurut dia, dalam poligami para istri bisa dipastikan mendapatkan doktrinasi dari suami sebelum mereka akhirnya bersedia menerima pilihan hidup berpoligami. Sementara kaum laki-laki yang melakukan poligami, menurut dia, hanya mengejar kebahagiaan instan, bukan mencari kebahagiaan yang hakiki. Mestinya, lanjutnya, kaum laki-laki harusnya juga memikirkan berbagai konsekuensi lain seperti dampak psikologis pada anak.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006