Wawan yang dalam membuat karyanya dengan teknik bakar menggunakan bara rokok atau obat nyamuk ini, memberikan mas kawin kepada istrinya berupa seperangkat alat lukis.
Menjelang resepsi pernikahan, pasangan suami istri tersebut melukis bersama-sama di atas kanvas yang merupakan mas kawin tersebut, kemudian pasangan pengantin dan kedua orang tua mereka secara bergantian melempar telur berisi warna-warni cat ke atas kanvas.
Usai melukis bersama di halaman museum, pasangan pengantin tersebut kemudian dikirab keliling sekitar museum dengan tandu yang terbuat dari bambu dihiasi daun dan pelepah pisang serta batang padi kering.
Pasangan pengantin tersebut di atas tandu yang diusung oleh para seniman yang badannya dipenuhi lumpur dan dibelakangnya diiringi dengan musik rebana.
"Saya memberikan seperangkat alat lukis ini agar isteri saya mengerti profesi saya sebagai pelukis. Saya ingin isteri saya merasakan keindahan dunia melalui lukisan," kata Wawan Geni.
Wawan menyampaikan rasa terima kasih pada para seniman Borobudur yang menyelenggarakan upacara pernikahan unik itu. Dia merasa bangga bisa melangsungkan pernikahan di Museum H. Widayat, karena H. Widayat merupakan salah satu maestro perupa dunia yang dikaguminya.
"Museum H Widayat merupakan tonggak sejarah seni lukis di Indonesia. Di museum ini sekaligus saya bisa belajar, mengingat, dan mengenang H. Widayat sebagai pelukus maestro dunia," ujarnya.
Menurut Wawan acara resepsi pernikahan tersebut sudah dipersiapkan sekitar satu bulan. Sejumlah senimam yang tergabung dalam Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) terlibat mempersiapkan acara tersebut.
Ketua KSBI Umar Chusaeni mengatakan acara ini dibuat unik dan berbeda tanpa meninggalkan unsur adat Jawa. Hanya ada beberapa penambahan, seperti "performance art" dan alat lukis sebagai mas kawin.
"Acara ini mengandung pesan membumi dengan makna agar pelukis dekat dan diterima seluruh lapisan masyarakat," tutur Umar.
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015