Secara umum tidak perlu khawatir tentang makro dan stabilitas keuangan Indonesia, karena semua baik. Kalau rupiah itu bergejolak, itu sama seperti dunia yang `currency`nya bergejolak,"

Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menegaskan fundamental dan stabilitas ekonomi makro masih terjaga meskipun nilai tukar rupiah mengalami fluktuasi dan cenderung melemah terhadap dolar AS.

"Secara umum tidak perlu khawatir tentang makro dan stabilitas keuangan Indonesia, karena semua baik. Kalau rupiah itu bergejolak, itu sama seperti dunia yang currencynya bergejolak," katanya di Jakarta, Jumat.

Agus mengatakan penguatan dolar AS yang saat ini sedang terjadi menyebabkan perlemahan mata uang di berbagai negara, namun perlemahan rupiah masih lebih baik dari Brasil Real dan Turki Lira sejak awal tahun ini.

"Year to date, rupiah melemah kira-kira 4,8 persen, kalau diantara negara-negara berkembang seperti Brasil itu depresiasinya 13 persen, Turki depresiasinya 11 persen. Kita tahu ini karena menguatnya ekonomi Amerika Serikat," ujarnya.

Agus mengakui Indonesia masih memiliki kelemahan dalam neraca transaksi berjalan yang masih mengalami defisit dan tingkat inflasi nasional secara tahunan (year on year) yang masih tinggi diantara negara lain.

Namun, pemerintah dan Bank Indonesia telah berupaya untuk menstabilkan neraca transaksi berjalan agar defisitnya tidak terlalu melebar dan menahan inflasi agar stabil dibawah asumsi dalam APBN-P 2015 sebesar lima persen.

"Inflasi mengarah baik, karena pemerintah sudah menghapus subsidi BBM dan neraca transaksi berjalan juga mengarah membaik, karena ekspor non migas mulai bagus. Ini dinamikanya, tapi secara umum ekonomi makro dan stabilitas sistem keuangannya terjaga," jelas Agus.

Sementara, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore, bergerak menguat sebesar 48 poin menjadi Rp12.927 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.975 per dolar AS.

Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menjelaskan peningkatan cadangan devisa Indonesia periode Februari 2015 menjadi salah satu penopang mata uang rupiah terhadap dolar AS.

"Meningkatnya cadangan devisa itu menunjukkan ekonomi Indonesia masih kuat di tengah perlambatan global," katanya.

Dalam data Bank Indonesia, tercatat posisi cadangan devisa Indonesia per Februari 2015 sebesar 115,5 miliar dolar AS atau setara dengan Rp1.501,5 triliun (kurs Rp13.000 per dolar AS), meningkat 1,3 miliar dolar AS atau Rp169 triliun dari posisi akhir Januari 2015 sebesar 114,2 miliar atau Rp1.484,6 triliun.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015