Yogyakarta (ANTARA News) - Luapan lumpur di sumur pengeboran minyak PT Lapindo Brantas Inc, di Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur berasal dari endapan lumpur di laut purba yang mendapat tekanan berlebih. "Lumpur berasal dari kedalaman antara 4.000 meter hingga 5.000 meter dari permukaan tanah. Lumpur ini telah berumur sekitar lima juta tahun, dan merupakan lumpur endapan laut purba," kata Manajer Ekplorasi PT Lapindo Brantas Inc, Bambang Istiadi di Yogyakarta, Sabtu. Menurut dia, ada kemungkinan semburan lumpur itu disebabkan oleh tekanan yang berlebih pada zona patahan yang aktif kembali, serta tekanan dari gas yang terbentuk di lapisan lempung yang tebal dan bersifat labil. "Dari hasil penyelidikan ternyata sumber semburan lumpur tidak berasal dari sumur pengeboran, tetapi dari sekitarnya. Hal ini juga yang menyulitkan upaya penghentian lumpur melalui skenario satu dan skenario dua," katanya. Ia mengatakan aktifnya kembali zona patahan tersebut kemungkinan berkaitan dengan gempa tektonik yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Klaten (Jateng) 27 Mei lalu, karena pada saat bersamaan juga terjadi gempa di Tretes dan Pasuruan, Jawa Timur. "Gempa tektonik di Yogyakarta diperkirakan berdampak pada magma bumi seperti terjadi erupsi Gunung Merapi dan juga pergerakan patahan di Jawa Timur. Namun, seberapa besar pengaruh gempa ini sampai sekarang masih menjadi perdebatan," kata dia. Bambang mengatakan saat ini semburan lumpur panas volumenya telah lebih dari 13 juta meter kubik yang menggenangi sekitar 110,84 hektare tanah. "Luapan lumpur ini dari hari ke hari semakin banyak, setiap hari rata-rata lumpur yang keluar mencapai 50.785 meter kubik," katanya. Ia mengatakan jika semburan lumpur tidak dapat dihentikan maka ada tiga kemungkinan, yakni kawasan setempat akan menjadi gunung apabila volume lumpur lebih besar dari volume tanah yang turun, atau tetap menjadi kawasan datar jika volume lumpur dan penurunan tanah seimbang. "Tetapi juga dapat menjadi danau jika penurunan tanah (ambles) volumenya lebih besar dari volume semburan lumpur. Namun, yang jelas kemungkinan terjadi penurunan tanah secara mendadak sangat kecil," kata dia. Dikatakan pula, saat ini yang harus diwaspadai adalah pergerakan tanah dan penurunan tanah yang dapat menyebabkan pergeseran rel kereta api, atau putusnya jalan tol. "Sedangkan akibat tekanan tanah, sudah terjadi dampaknya yaitu meledaknya pipa gas Pertamina beberapa waktu lalu yang membawa sejumlah korban jiwa manusia," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006