Magelang (ANTARA News) - Hutan lindung negara di kawasan Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, yang mengalami kerusakan parah akibat aktivitas penambangan material gunung berapi itu, hingga saat ini telah mencapai 14,8 hektare (ha)."Hutan lindung negara yang berada di lereng Merapi mengalami kerusakan akibat penambangan. Luas keseluruhan yang telah ditambang 108,8 ha, dan 14,8 ha diantaranya mengalami kerusakan parah," kata Bupati Magelang, Singgih Sanyoto, dalam seminar "Puncak Penghijauan dan Konservasi Alam Nasional (PPKAN) Kabupaten Magelang" di Pendopo Merapi, Rumah Dinas Bupati Magelang, Sabtu.Ia mengatakan, luas hutan lindung di seluruh wilayah Kabupaten Magelang mencapai 5.952 ha dan 99,8 ha di antaranya telah mengalami kerusakan dengan kategori berat. Upaya pengendalian dan penanganan kerusakan hutan secara terpadu harus ditempuh dengan melibatkan berbagai kalangan masyarakat, sementara sisa hutan yang masih ada harus dilestarikan. "Eksploitasi hutan yang dilakukan secara besar-besaran dan kurang menimbang aspek lingkungan selalu berakibat bencana," katanya. Terjadinya longsor, banjir, turunnya debit mata air terutama saat kemarau, rusaknya ekosistem, katanya, salah satu penyebabnya adalah terjadinya gangguan keseimbangan alam atau lingkungan. Upaya meminimalkan terjadinya bencana, katanya, seluruh komponen masyarakat dituntut berlaku arif terhadap lingkungan. Hingga saat ini, katanya, Kabupaten Magelang memiliki sumber daya hutan seluas 10.027,6 ha meliputi hutan lindung 5.952 ha dan hutan produksi 4.075,6 ha. Hutan lindung terdapat di tujuh kecamatan yakni Pakis, Sawangan, Dukun, Srumbung, Kaliangkrik, Kajoran, dan Windusari, sedangkan hutan produksi terdapat di delapan kecamatan yakni Salaman, Tempuran, Kaliangkrik, Kajoran, Bandongan, Windusari, Grabag, dan Ngablak. Ia mengatakan, kerusakan lingkungan hidup selalu berimbas terhadap kelangsungan hidup manusia terutama bagi mereka yang semata-mata bergantung pada sumber daya alam untuk penghidupannya. Pencemaran dan kerusakan lingkungan terjadi akibat ulah sebagian manusia yang kurang sadar pentingnya menjaga kualitas lingkungan. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Bagus Surachmat mengatakan, kegiatan penghijuan dan konservasi tahun 2006 juga ditandai penyerahan bantuan bibit pohon kepada masyarakat. Bantuan 1.706 bibit pohon mangga dan rambutan dari Dinas Lingkungan Hidup diberikan untuk 21 sekolah, baik SD, SLTP maupun SLTA. Bantuan 5.000 bibit yang terdiri suren (3.000), mahoni (1.200), mangga, dan durian masing-masing 400 batang dari Dinas Pertanian diberikan kepada masyarakat di beberapa kecamatan. Pihak PT Perhutan KPH Kedu Utara juga membantu sebanyak seribu batang bibit suren untuk konservasi lahan kritis di daerah itu. "Kegiatan penghijauan itu dilakukan bulan Desember ini bertepatan dengan datangnya musim hujan," katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006