Banda Aceh (ANTARA News) - Kepolisian Kota Besar (Poltabes) Banda Aceh telah mengamankan sembilan bom aktif peninggalan Jepang dan Belanda yang ditemukan masyarakat dalam kurun waktu dua bulan terakhir di ibukota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) tersebut.
Kepala Polisi Kota Besar (Poltabes) Banda Aceh, Kombes (Pol) Zulkarnen, kepada ANTARA News di Banda Aceh, Sabtu, membenarkan bahwa jajarannya telah mengamankan sembilan buah bom aktif peninggalan perang zaman Belanda dan Jepang di daerah itu.
"Satu bom aktif ditemukan pencari besi tua di pinggiran sungai kawasan Desa Alue Deyah Tengoh, Kota Banda Aceh, Jumat. Bom peninggalan Jepang dan Belanda itu memiliki panjang 25 centimeter dan berat sekitar dua kilogram, serta masih aktif," jelasnya.
Seorang pencari besi menemukan sebuah potongan besi bulat, namun setelah ditelitinya, maka diketahui benda tersebut adalah bom.
"Karena dikhawatirkan meledak, maka warga pencari besi itu melaporkan temuannya kepada Polsek Meuraxa di Ulee Lhue," kata Zulkarnen.
Barang bukti berupa sembilan bom aktif itu kini diamankan Tim Penjinak Bahan Peledak (Jihandak) Brigade Mobil Daerah (Brimobda) Polda NAD di Jeulingke, Kota Banda Aceh.
Aparat kepolisian memperkirakan masih banyak bom aktif peninggalan zaman Jepang dan Belanda, terutama di kawasan pesisir wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
Bom aktif peninggalan Jepang dan Belanda itu sebelumnya tertanam, namun bermunculan usai wilayah pesisir Aceh dihantam tsunami pada 26 Desember 2004.
"Bom-bom aktif itu terangkat kepermukaan pasca-tsunami, terutama di kawasan pesisir, dan bahan peledak itu menyatu dengan sampah-sampah, seperti mobil dan rumah yang hancur yang belum dibersihkan," kata salah seorang polisi di Markas Kepolisian Sektor Meuraxa. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006