Pelaksanaan pemagangan ini merupakan salah satu langkah konkret dalam mempersiapkan kualitas sumber daya manusia menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN

Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Ketenagakerjaan menargetkan penempatan peserta magang kerja ke Jepang sebanyak 2.000 orang pada 2015.

"Pemerintah mendorong program pemagangan sebagai program prioritas untuk mengurangi pengangguran, mempercepat penyerapan tenaga kerja di pasar kerja dan membuka wirausaha baru," kata Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri di Jakarta, Rabu.

Para peserta magang itu bakal ditempatkan di sekitar 500 perusahaan yang menyediakan 60 jenis kejuruan kerja.

Berdasarkan Data Kemnaker, hingga akhir 2014 Pemerintah telah menempatkan peserta program magang ke Jepang sebanyak 35.351 orang dan yang sudah kembali ke Tanah Air sebanyak 32.062 orang.

Saat ini peserta magang yang masih ada di Jepang sebanyak 3.289 orang.

Menaker mengatakan program magang ke Jepang menjadi salah satu solusi alternatif dalam mengatasi masalah pengangguran.

Program tersebut juga menjadi titik awal untuk membuka lapangan kerja baru melalui wirausaha mandiri.

Program itu diharapkan dapat mengembangkan keahlian kerja para tenaga kerja muda dan menumbuhkan dorongan etos kerja dan peningkatan produktivitas.

"Pelatihan kerja dengan pola pemagangan luar negeri, tidak boleh disalahartikan sebagai pengiriman tenaga kerja ke luar negeri yang berorientasi mendapatkan penghasilan semata," kata Hanif.

Lebih lanjut, Hanif mengatakan program pemagangan merupakan upaya peningkatan kemampuan SDM mendekati standar kompetensi industri multinasional agar mampu bersaing di pasar kerja global.

"Pelaksanaan pemagangan ini merupakan salah satu langkah konkret dalam mempersiapkan kualitas sumber daya manusia menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Kita terus mempersiapkan tenaga kerja berkualitas yang siap bersaing secara global," kata Hanif.

Program kerja magang di Jepang itu merupakan kerja sama Kemnaker (dulu Depnakertrans) dengan IMM (International Manpower Development of Medium and Small Enterprises) Jepang yang dimulai pada 1993.

Program magang di Jepang bertujuan meningkatkan kompetensi pemuda Indonesia di bidang industri, meningkatkan keterampilan kerja, menambah wawasan ilmu pengetahuan serta meningkatkan etos kerja.

Sebelum berangkat magang ke Jepang, para calon peserta mengikuti berbagai program pelatihan yang dapat disesuaikan minat dan bakat peserta, di antaranya adalah mekanik, ahli elektronik, las listrik, bangunan, perkayuan, pabrik makanan dan lain-lain.

Selama bekerja magang di Jepang, para peserta magang dilindungi oleh asuransi dan jaminan kesehatan sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan di Jepang.

Selain itu mereka pun mendapatkan penghasilan/gaji secara rutin.

Untuk tahun pertama, peserta magang mendapat gaji magang 80.000 yen (Rp 8,2 juta) per bulan.

Selanjutnya untuk tahun kedua akan mendapatkan gaji magang 90.000 yen (Rp 9,2 juta) yen dan tahun ketiga 100.000 yen (Rp 10,2 juta).

Dan setelah lulus program magang, peserta akan diberi uang bantuan permodalan.

"Sekembalinya ke Indonesia, kualitas kerja para mantan peserta magang meningkat pesat sehingga mereka langsung diminati perusahaan-perusahaan," kata Hanif.

Namun ada juga sebagian mantan peserta magang yang lebih memilih untuk membuka usaha sendiri secara mandiri atau berwirausaha, sesuai dengan bakat, kemampuan dan ilmu yang dipelajari selama magang di luar negeri sehingga dapat membuka lapangan kerja baru dan menyerap tenaga kerja.

"Saya mengapresiasi kerja sama Indonesia-Jepang melalui program magang yang telah dilakukan. Namun kita berharap program pemagangandiperluas tidak hanya untuk sektor industri kecil dan menengah tetapi juga sektor lain seperti pariwisata, kemaritiman dan pertanian," kata Hanif.

Pewarta: Arie Novarina
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015