Sanaa (ANTARA News) - Gerilyawan Al-Qaida pada Selasa (3/3) melancarkan serangan terhadap kelompok Al-Houthi di Provinsi Al-Bayda di Yaman, sehingga menewaskan sedikitnya 27 anggota Al-Houthi dan melukai puluhan orang lagi.
Al-Qaida di Jazirah Arab (AQAP) menyerang satu stadion yang digunakan oleh anggota Al-Houthi sebagai kamp pelatihan di Kota Al-Bayda, Ibu Kota Provinsi Al-Bayda, menewaskan 10 petempur Al-Houthi dan melukai puluhan orang lagi, kata satu sumber suku kepada Xinhua.
Beberapa jam setelah serangan tersebut, AQAP melancarkan serangan bom bunuh diri terhadap satu pertemuan kelompok Syiah Al-Houthi di satu sekolah di Kabupaten Azzahir di Provinsi Al-Bayda pada malam hari. AQAP menewaskan sedikitnya delapan orang dan melukai 12 orang lagi, kata seorang pejabat keamanan.
Masih di Kabupaten Azzahir, satu bom pinggir jalan meledak saat kendaraan patroli Al-Houthi melewati satu jalan raya di dekat sekolah tersebut, kata Xinhua. Sebanyak sembilan anggota Al-Houthi tewas dalam ledakan itu, kata sumber suku tersebut.
Dalam satu pernyataan daring, AQAP telah mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Kelompok Al-Houthi telah menutup sekolah tersebut guna mencegah warga mendekati daerah itu dan memindahkan korban ke rumah sakit.
Situasi keamanan di Yaman dengan cepat memburuk setelah kelompok Syiah Al-Houthi mengambil alih ibu kota negeri tersebut, Sanaa, dengan kekerasan pada September. Lebih dari 400 orang tewas dalam satu pekan pertempuran.
Setelah menguasai Ibu Kota Yaman, kelompok Al-Houthi telah mengerahkan petempur ke wilayah timur dan selatan negeri itu, tempat AQAP aktif beroperasi.
Tindakan tersebut telah memicu bentrokan yang sering terjadi antara petempur Al-Houthi dan anggota AQAP di Provinsi Al-Bayda, Marib, Ibb dan Hadhramauth, sehingga menewaskan puluhan orang dari kedua pihak.
Pada Selasa (3/3) Presiden Yaman Abed-Rabbu Mansour Hadi meminta agar pembicaraan perujukan yang diperantarai PBB dipindahkan ke negara tetangganya, Arab Saudi, jika kesepakatan tidak dapat dicapai di lokasi perundingan saat ini di Yaman.
Pembicaraan itu, yang telah diselenggarakan di Sanaa --yang kini dikuasai Al-Houthi, telah gagal sejak Hadi melarikan diri ke kota terbesar kedua di Yaman, Aden, pada Februari, setelah berpekan-pekan menghadapi tahanan rumah.
Presiden yang didukung Barat itu, yang mencabut surat pengunduran diri pada Januari --setelah melarikan diri dengan mengatakan surat itu telah dibuat di bawah tekanan, telah mengusulkan agar pembicaraan dilanjutkan di Aden atau di kota ketiga Yaman, Taez, yang juga berada di luar kendali milisi Al-Houthi.
(Uu.C003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015