Surabaya (ANTARA News) - Keputusan pemerintah mengimpor 200.000 ton gula adalah untuk mencukupi kebutuhan nasional sekaligus mengisi "buffer stock" (stok penyangga).Sekjen Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi), Adig Suwandi, kepada wartawan di Surabaya, Jumat, mengemukakan, impor gula tahun ini menurun dibanding 2005 yang mencapai sekira 300.000 ton. "Produksi gula 2006 sekitar 2,30 juta ton atau naik sedikit dibanding tahun 2005 sebanyak 2,24 juta ton. Sementara kebutuhan nasional sekitar 2,6 juta ton," katanya. Tahun 2005, dari kuota impor 300.000 ton, 190.000 ton diperuntukkan menutup kebutuhan nasional dan 190.000 ton lagi untuk "buffer stock", namun yang terealisasi hanyua 261.000 ton. Hal itu disebabkan Perum Bulog dan PT Perusahaan Perdagangan Gula Indonesia (PPI) yang ditunjuk sebagai pelaksana buffer stock tidak dapat merealisasikan seluruh kuotanya, menyusul naiknya harga gula dunia. Dalam tiga tahun terakhir, jumlah impor gula yang dilakukan pemerintah terus mengalami penurunan, menyusul makin membaiknya industri gula dalam negeri. Pemerintah sendiri menargetkan tahun 2008 atau 2009 mampu berswasembada gula dan tidak lagi melakukan impor. Adig menambahkan Indonesia pernah menjadi pengimpor gula terbesar kedua dunia setelah Rusia pada tahun 1999, dengan jumlah mencapai 1,9 juta ton. "Saat itu, industri gula nasional sangat terpuruk akibat liberalisasi perdagangan yang terlalu dini tanpa persiapan memadai. Secara bertahap, impor dapat dikurangi seiring keberhasilan program peningkatan produktitas gula nasional," jelasnya. Membaiknya industri gula nasional juga tidak terlepas dari kebijakan pembatasan impor dan adanya harga pokok penyangga yang diberlakukan pemerintah. "Kalau ada yang berpendapat bahwa kebijakan tersebut diskriminatif, tentu harus dilihat secara proporsional dari manfaat yang diperoleh," tambah Adig. Kebijakan tersebut masih perlu diterapkan pada masa transisi menuju liberalisasi perdagangan seperti saat ini atau sampai Indonesia benar-benar siap menghadapi liberalisasi.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006