Jakarta (ANTARA News) - Annisa, komikus asal Tenggarong, Kalimantan Timur, yang dikenal dengan karyanya berjudul "Me vs Big Slacker Baby" (BSB) mengaku bergulat dengan keterbatasan untuk menyalurkan kreativitasnya.
"Kendala utama di daerah adalah keterbatasan infrastruktur, seperti sinyal jaringan komunikasi dan listrik yang sering padam," ujar Annisa saat ditemui di Jakarta, Selasa.
Di Tenggarong, sambung Annisa, bisa mati lampu hingga tiga kali dan ia pun terpaksa membuat komik dengan metode tradisional, yakni menggunakan kertas dan pensil dengan bantuan penerangan dari lampu
tempel.
"Dan saat listrik menyala kembali, barulah saya "scan" untuk diteruskan secara digital di komputer," kata komikus yang karyanya mulai dikenal pencinta komik di Tanah Air dan saat ini proses pembuatannya memasuki musim kedua itu.
Dia pun sepakat bahwa komikus Tanah Air harus mampu bangkit menghadapi serbuan komik luar negeri dan berpesan kepada para generasi muda untuk berani mencoba dan tidak mudah patah arang.
Annisa menjelaskan industri kreatif pasti bisa maju, oleh karena itu generasi muda harus kreatif, dan senantiasa berupaya untuk menghasilkan karya yang terbaik demi kemajuan bangsa.
"Annisa merupakan komikus yang tangguh karena dengan segala keterbatasan yang ada dia berhasil mengembangkan kemampuannya. Rasanya tidak berlebihan kalau disebut sebagai salah satu komikus muda paling berpotensi dalam dunia komik Indonesia saat ini, dan kami bangga dengan dia," kata Yudha Nyoman Negara, pendiri re:On yang menaungi Annisa.
Hal senada disampaikan oleh para pendiri re:ON Comics lainnya, Chris Lie dan Andik Prayogo.
Menurut Chris, keberadaan Annisa dan komikus Indonesia lainnya di kancah perkomikan nasional, membuktikan bahwa komikus Indonesia tidak kalah dengan komikus luar negeri.
"Bahkan harapan akan bangkitnya komik Indonesia di tengah serbuan komik impor makin hari semakin menguat," katanya.
Pewarta: Indriani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015