Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia memberikan isyarat akan selalu menjaga pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS agar sesuai fundamentalnya, meskipun saat ini rupiah sedang mengalami tekanan eksternal.
"Kita selalu ada di pasar dan menjaga fluktuasinya ada diambang batas yang bisa diterima serta tetap menyakinkan kepercayaan masyarakat dan pasar pada nilai tukar rupiah," kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo di Jakarta, Senin malam.
Agus menjelaskan tekanan eksternal berupa penguatan dolar AS karena membaiknya perekonomian Amerika Serikat, telah mempengaruhi mata uang di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, namun pelemahan rupiah masih dirasakan lebih baik.
"Diantara negara-negara berkembang yang setara dengan Indonesia, nilai perlemahan rupiah dibandingkan Brasil, Turki dan Afrika Selatan, kita masih lebih baik. Kita yakinkan ini masih mencerminkan fundamentalnya," ujarnya.
Ia memperkirakan volatilitas nilai tukar rupiah untuk tahun ini akan bergerak pada kisaran plus minus tiga hingga lima persen keatas maupun kebawah dari asumsi nilai tukar dalam APBN-P 2015 sebesar Rp12.500 per dolar AS.
"Tentu ini sejalan dengan perkembangan (ekonomi) di dunia, normalisasi kebijakan The Fed dan besarnya permintaan valuta asing yang terjadi setiap akhir tahun," kata Agus, yang masih bisa menerima perlemahan rupiah hingga mendekati Rp13.000 ini.
Sementara, terkait kebijakan BI selanjutnya terkait kemungkinan adanya penurunan suku bunga acuan (BI Rate) karena indikator inflasi mulai menunjukkan adanya perbaikan, Agus mengatakan hal itu tergantung dari rilis data ekonomi terbaru.
"Itu semua betul-betul tergantung pada data, kita tidak bisa menyampaikan pada saat sekarang. Kalau kedepan kita tentu masih menyimak tentang pengendalian inflasi oleh pemerintah dan perkembangan neraca transaksi berjalan," ujarnya.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, pada Senin sore, bergerak melemah sebesar 13 poin menjadi Rp12.943 per dolar AS dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.930 per dolar AS.
Tekanan terhadap rupiah itu salah satunya dipicu oleh rencana bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat, selain karena dampak penurunan suku bunga Tiongkok untuk kedua kalinya dalam tiga bulan.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015