"Kerugian pembudidaya ikan mencapai belasan juta rupiah, terutama mereka yang mengembangbiakkan ikan hias," kata Pengawas Perhimpunan Ikan Hias Indonesia (PIHI) Yogyakarta Santosa saat ditemui di tempat usahanya Dusun Blendangan, Tegaltirto, Berbah, Sleman, Minggu.
Menurut dia, sudah sejak tiga minggu terakhir ini, ikan hias jenis koi yang dibudidayakannya banyak yang terserang penyakit, terutama bakteri kokus insang, yang menyebabkan kondisinya melemah.
"Banyak yang mati ikan koinya. Jumlah yang koi yang mati ini, mencapai 150 ekor. Angka tersebut hanya yang sudah siap panen saja. Untuk koi, kalau kerugian materi sekitar Rp15 juta. Yang mati ini sudah siap panen, umurnya sekitar enam sampai tujuh bulan," katanya.
Ia mengatakan, tidak hanya koi saja, namun perkembangbiakkan ikan hias jenis arwana juga terganggu, karena ikan ini sangat sensitif dengan suhu air yang ditinggalinya, sehingga menurunkan produksi telur dari indukan.
"Arwana terlalu dini masuk masa bertelur dan pengeraman. Biasanya proses ini pada Februari dan Maret, namun sudah terjadi pada Desember 2014 dan Januari lalu. Ini tidak seperti biasa. Padahal, kalau pengeraman di Februari atau Maret, bisa menghasilkan banyak bibit. Telur arwana yang baru dierami juga banyak yang pecah sebelum waktunya, akibatnya tidak maksimal dalam menghasilkan bibit. Habis, ada yang dimakan ikan-ikan lain," katanya.
Ia mengatakan, dirinya tidak melakukan strategi apa-apa untuk menyiasati agar tidak terlalu banyak kerugiannya.
Hanya, untuk jenis koi ditahan dulu panennya.
"Sedangkan jenis arwana, perkembangbiakkannya mengandalkan cuaca, tidak ada strategi lain," katanya.
Kepala Bidang Perikanan Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman Suparmono mengatakan, cuaca seperti ini memang sangat berpengaruh terhadap ikan budidaya petani.
Namun, tidak hanya ikan hias saja, ikan konsumsi seperti gurame dan nila juga terganggu.
"Kalau suhu tanah dingin seperti ini, ikan-ikan memang terganggu. Rasanya panas dingin, panas dingin. Kalau panas terus atau dingin terus, tidak masalah," katanya.
Menurut dia, pihaknya pun hanya sebatas melayani untuk pencegahan saja dengan memberikan vitamin dan obat-obatan kepada para petani ikan.
"Silakan para petani ikan mengambil vitamin dan obat-obatan di dinas. Kami sediakan gratis untuk petani," katanya.
Ia mengatakan, ada suatu teknologi yang membuat ikan budi daya bisa tak terganggu dengan cuaca yakni dengan metode kolam ikan yang ditutup dengan plastik kemudian disemprot air.
"Tetapi terlalu mahal. Jadi lebih baik ditunggu saja sampai suhu kembali normal," katanya.
Pewarta: Victorianus SP
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015