Sang fotografer tewas setelah tembakan senjata berat menerjang Desa Pesky, baratdaya Donetsk, yang dikuasai pemberontak, kata surat kabar "Sevodnya" melalui lamannya yang dikutip Reuters.
Militer Ukraina menyatakan tingkat pertempuran berkurang tajam di Ukraina timur, namun melaporkan serangan pekluru kendali "Grad" di kota Avdiivka, yang dikuasai pemerintah, dekat Pesky, salah satu pusat penanaman kokain Eropa.
Pada Jumat, pemerintah Ukraina melaporkan kematian tentaranya untuk pertama kali dalam tiga hari, setelah pasukan pemerintah dan pemberontak menarik persenjataan berat dari garis depan.
Presiden Petro Poroshenko, yang mengatakan ancaman dari Timur akan tetap ada di bawah kesepakatan damai, mengatakan pada Sabtu bahwa ia akan mengajukan rancangan undang-undang ke parlemen tentang penempatan pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengawasi gencatan senjata.
Poroshenko telah menginformasikan kepada Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden melalui telepon, Sabtu, tentang penembakan di sekitar Donetsk dan Mariupol oleh kelompok separatis proRusia, kata pernyataan resmi Gedung Putih.
Mereka juga berdiskusi tentang ketidakmampuan Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) mengetahui apakah persenjataan berat Rusia telah ditarik dari garis depan, tambah pernyataan resmi AS tersebut.
Selain itu, masih menurut Gedung Putih, Biden memuji rencana pemerintah Ukraina untuk meloloskan undang-undang reformasi yang direkomendasikan oleh Dana Moneter Internasional (IMF) untuk menstabilkan kondisi ekonomi.
Militer Ukraina menyatakan sepanjang malam mengawasi proses gencatan senjata di sekitar kota Luhansk dan dekat kota yang dikuasai pemerintah Mariupol di tepi Laut Azov.
Kiev khawatir pemberontak merebut kota pelabuhan dan pusat industri sejak kaum separatis mengalahkan kelompok pemberontak dengan merebut kota strategis Debaltseve.
Pemerintah dan pemberontak mengatakan akan melanjutkan penarikan persenjataan berat dari garis depan, yang merupakan "poin kedua" dari kesepakatan damai untuk mengakhiri kemelut itu, yang telah menelan 5.600 korban jiwa.
(Uu.M054)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2015