Juru bicara Markas Pertahanan Mayor Jenderal Chris Olukolade mengatakan di dalam satu pernyataan yang salinannya diterima Xinhua bahwa tentara benar-benar melumpuhkan gerilyawan dan merebut kembali markas Pemerintah Daerah Gulani di Negara Bagian Yobe, Bara, dan Markas Pemerintah Lokal Madagali --Gulag-- dari mereka pada Jumat pagi (27/2).
Menurut Olukolade, banyak gerilyawan tewas dalam pertempurang sengit yang terjadi sebelum pembebasan permukiman tersebut.
Juru bicara militer itu menambahkan personel militer menyita dan memusnahkan beberapa senjata dan amunisi, kendaraan serta perlengkapan lain, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad pagi.
Ia menyatakan barang-barang yang disita tersebut meliputi senjata anti-pesawat, senapan mesin dengan tujuan umum, beberapa peluncur granat, senapan dan senjata mortir.
Operasi paling akhir terhadap Boko Haram itu dilancarkan setelah kesepakatan dicapai oleh para pemimpin regional dari Nigeria, Chad, Kamerun dan Niger untuk mensahkan reaksi terkoordinasi terhadap kelompok fanatik tersebut. Sebanyak 13.000 orang tewas telah tewas dan lebih dari satu juta orang lagi kehilangan tempat tinggal.
Dewan Keamanan dan Perdamaian Uni Afrika --yang diselenggarakan pada Januari-- mensahkan satu resolusi guna membentuk pasukan awal dengan 7.500 prajurit guna memerangi petempur Boko Haram.
Pemimpin Boko Haram Abubakar Shekau, di dalam rekaman video yang disiarkan pada Selasa (24/2), berikrar akan mengganggu proses pemilihan umum di Nigeria. Sebelumnya kelompok tersebut dituding melancarkan dua serangan bunuh diri di bagian timur-laut Nigeria sehingga menewaskan 38 orang.
Kelompok itu dalam dua bulan belakangan mengubah taktik mereka dari pemboman, penyerbuan dan penculikan menjadi upaya perebutan wilayah.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon pada Jumat (27/2) mengecam "berlanjutnya serangan mengerikan dan membabi-buta" oleh Boko Haram terhadap warga sipil di Kamerun, Chad, Nigeri dan Nigeria, kata juru bicara Ban.
Sedikitnya 19 orang tewas dalam satu serangan bunuh diri terhadap satu terminal bus di Kota Kecil Biu, Negara Bagian Borno di Nigeria Timur-laut. Serangan itu diduga dilakukan oleh Boko Haram.
Namun Ban merasa besar hati dengan "tindakan positif" belum lama oleh negara regional guna memerangi kelompok fanatik itu dan menyeru mitra internasional agar memberi dukungan.
Meskipun begitu Ban juga "prihatin" dengan dampak dari operasi tempur itu yang ditanggung warga lokal dan menyeru semua negara tersebut agar "memberi prioritas tertinggi pada perlindungan pengungsi, pengungsi yang pulang dan orang yang menjadi pengungsi di dalam negeri mereka, termasuk menyediakan buat mereka dukungan penyelamat nyawa".
Pemimpin PBB itu menekankan, "Pendekatan militer saja takkan cukup untuk menanggapi aksi perlawanan Boko Haram," demikian Xinhua.
(Uu.C003)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015