Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan masyarakat dan pemerintah mungkin harus meninjau kembali pola berpikir pembangunan atau "ideologi pembangunan" yang selama ini digunakan di Tanah Air.
"Kita mungkin harus mempertimbangkan kembali pola berpikir atau `ideologi pembangunan," kata Yudhoyuono ketika membuka Silaturahmi Kerja Nasional Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) di Istana Negara Jakarta, Jumat sore.
Acara pembukaan ini dihadiri pula oleh Ketua Dewan Pembina ICMI BJ Habibie, Ketua Dewan Pakar ICMI Ginandjar Kartasasmita, serta Ketua Mahkamah Konstusi Jimly Asshiddiqie.
Yudhoyono yang berbicara tanpa teks mengatakan, pemerintah, DPR dan masyarakat mungkin harus memberi prioritas yang tinggi kepada pembangunan di daerah-daerah karena selama ini pembangunan lebih bersifat nasional dan belum benar-benar menyentuh kepentingan lokal.
"Mungkin kita harus `go local` daripada nasional atau regional," kata Presiden pada acara yang dihadiri pula Ibu Ainun Habibie.
Masalah itu dikemukakan Kepala Negara karena ia melihat pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah ternyata lebih tinggi daripada angka pertumbuhan ekonomi secara nasional.
"Kalau saya pergi ke Kampung Rambutan atau Yahukimo maka kegiatan ekonomi di sana lebih dinamis daripada di tingkat nasional," kata Presiden kepada para peserta silaturahmi kerja nasional selama tiga hari tersebut hingga Minggu (11/12).
Kepada para anggota ICMI, Yudhoyono menjelaskan hasil penelitian Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai pertumbuhan ekonomi selama tahun 2006 serta perkiraan tahun 2007. BPS memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV tahun 2006 ini akan lebih dari 6 persen.
"Tetapi kalau dirata-rata selama tahun 2006 ini maka masih di bawah enam persen," kata Yudhoyono dengan menyebutkan BPS memperhitungkan pertumbuhan ekonomi kwartal I hingga kwartal III berada pada kisaran sekitar empat persen hingga lima persen.
Ia juga menyebutkan, pertumbuhan ekonomi tahun 2005 adalah 5,6 persen lebih tinggi sedikit dibanding tahun 2004 sebesar 5,1 persen.
Tahun 2006, BPS memperkirakan pertumbuhan ekonomi paling tidak sama dengan tahun 2005.
"Bank Indonesia memperkirakan sedikit lebih rendah sedangkan Bappenas memperkirakan angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi," kata Presiden sambil tersenyum.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006