Ada banyak halangan untuk ditangani


Jakarta (ANTARA News) - Di antara para petani berskala kecil di Ghana, ada ungkapan jika panen cokelatmu gagal, kembalilah ke ladang dan tanamlah sawit.

Itu karena kelapa sawit lebih tahan hama dan penyakit, dan bisa dipanen secara rutin sepanjang tahun-selama dirawat dengan baik, yang sebenarnya jarang, berdasarkan Rosemary Addico yang menjalankan sebuah program dukungan untuk para petani seperti yang dilansir Reuters pada Selasa (24/2).

Organisasi Solidarid milik Rosemary bekerja agar ratusan petani skala kecil Ghana bisa disertifikasi oleh Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), dengan harapan akan meningkatkan produktivitas dan keuntungan mereka.

Untuk mencapai tujuan itu, pertama mereka harus mengumpulkan para petani dalam kelompok antara 25 dan 100.

"Jika mereka tidak dalam kelompok-kelompok, kami tidak akan mampu melatih mereka dan tak ada yang mau berinvestasi pada mereka. Dengan begini, mereka akan dapat harga yang lebih baik untuk hasil panen mereka dan mendapat pendapatan yang lebih tinggi," kata Rosemary.

Banyak petani individual yang menanam buah yang menghasilkan minyak kelapa sawit-yang digunakan sebagai bahan bakar dan barang-barang konsumsi dari sereal hingga kosmetik di seluruh dunia-memproduksi hanya sekitar setengah dari rata-rata minyak industri per hektar.

Hal itu disebabkan karena kualitas benih yang lebih rendah dan manajemen pohon yang buruk. Namun mereka masih memasok sekitar 35 hingga 40 persen minyak sawit secara global .

Seiring jumlah perusahaan multinaional menyoroti rantai pasokan mereka dan berkomitmen menggunakan hanya kelapa sawit yang diproduksi dengan cara tidak menggunduli hutan untuk perkebunan baru atau mengeksploitasi pekerja, para petani skala kecil yang tak mampu menyediakan garansi yang benar bisa kalah saing, demikian yang dikhawatirkan para pakar.

Kekhawatiran itu telah memercikan ketertarikan dalam membantu para petani skala kecil meningkatkan metode mereka dan mendorong hasil panen mereka.

Potensi tumbuh

Wakil Presiden Unilever untuk pengadaan bahan-bahan kimia, Biswaranjan Sen, menghitung jika 4,5 juta petani kecil di seluruh dunia menggandakan panen mereka hingga 4 ton minyak per hektar, itu bisa memenuhi peningkatan yang diproyeksikan meningkat di permintaan global untuk minyak kelapa sawit, dari 60 juta ton per tahun saat ini akan menjadi 78 juta pada tahun 2020 mendatang.

"Keuntungannya, secara teknis, Anda tak butuh lahan baru dan oleh karenanya, seluruh pergumulan soal perambahan hutan melawan pembangunan akan lenyap," kata Biswaranjan Sen pada Reuters Foundation.

Petani skala kecil akan menerima untung lebih dari lahan yang sama, sehingga mampu memberi keluarganya kualitas hidup yang lebih baik.

"Tantangannya adalah akan dibutuhkan banyak praktik pertanian yang benar bagi petani kecil-dalam banyak kasus, membantu mereka untuk menanam ulang," katanya.

Biswaranjan yang juga merupakan ketua badan RSPO mengatakan Unilever mencari rekanan dengan pemerintah di negara-negara yang memproduksi minyak kelapa sawit, agen donor, LSM dan perusahaan perkebunan untuk membangun sistem yang memungkinkan petani miskin mengganti sawit mereka dengan varietas yang lebih banyak menghasilkan.

Masalahnya itu perlu waktu tiga hingga empat tahun agar pohon baru bisa memproduksi buah dan enam hingga tujuh tahun sebelum mereka mencapai hasil maksimal.

"Pasti ada cara mendanai ini, untuk menopang petani kecil empat hingga enam tahun ke depan sehingga mereka bisa untung," katanya.

Jan Maarten Dros, koordinator program Solidaridad kelapa sawit internasional, mengatakan investasi di muka diperlukan karena petani skala kecil tidak memiliki modal dan aset untuk mengganti pohonnya dengan yang baru.

"Ada banyak halangan untuk ditangani," kata Jan.

Mereka dan kami

Satu masalah di produsen minyak kelapa sawit terbesar Indonesia dan Malaysia, sama halnya seperti di Afrika Barat adalah penggilingan di mana buah sawit diproses menjadi minyak tidak memiliki hubungan kontrak dengan petani kecil.

Hal itu memberi perusahaan yang menjalankan penggilingan insentif kecil untuk berinvestasi menolong para petani memproduksi lebih banyak lagi.

"Berdasarkan sejarahnya, ada situasi 'mereka dan kami' di Indonesia dan Malaysia," kata Simon Lord, direktur grup untuk kelestarian New Britain Palm Oil Limited (NBPOL).

"Namun saya rasa itu sudah berubah sekarang, dan perusahaan seperti Unilever mulai paham beberapa masalahnya," tambah dia.

NBPOL yang beroperasi di Papua Nugini, telah mengaplikasikan model yang berbeda-beda selama puluhan tahun, mulai dari memberi kesempatan petani membeli benih kualitas tinggi, pinjaman lunak untuk peralatan, dan pendampingan agronomis. Petani tidak membayar pinjaman sampai pohon sawit mulai memproduksi buah.

"Kami telah menganggap mereka sebagai petani kecil kami, dan sejak awal kami telah mengumpulkan hasl panennya-tak ada tengkulak di Papua Nugini-dan kepercayaan pun terbangun," kata Simon.

Sifat industri di mana pun, solusi terbaik kemungkinannya adalah perusahaan bersama-sama dengan petani dan pemerintah lintas kawasan dan setuju meningkatkan parktik yang mendukung petani kecil, kata Dros dari Solidaridad.

Solidaridad telah melakukan itu di Honduras dan Kolumbia. Percobaan lainnya melibatkan RSPO, firma-firma besar dan donor, sedang dalam proses atau direncanakan di sebagian di Indonesia dan Malaysia.

Menemukan jawaban jangka panjang bagi masalah petani kecil melibatkan penerapan cara bertani yang baik dan praktik panen pada lahan yang dirancang, dan menyediakan benih yang baik dan peralatan. Itu juga berarti melatih mereka dalam ketrampilan bisnis sehingga mereka bisa melakukan pembukuan dan perencanaan untuk 25 tahun ke depan, kata Dres.

"Kita perlu banyak melakukan pembangunan institusi jika para petani ini akan menjadi bagian pasar global," katanya.

Harga murah, permainan lebih pintar?

Seiring dengan tingkat komitmen industri terhadap minyak kelapa sawit lestari telah membumbung sejak 18 bulan lalu, namun, harga minyak kelapa sawit telah tenggelam bersamaan dengan minyak mentah.

Hal ini mungkin menguntungkan hutan karena produser besar akan menunda ekspansi perkebunan sawit. Namun itu menimbulkan pertanyaan apakah mereka akan lebih bersiap berinvestasi pada petani kecil karena keuntungan mereka yang diperas.

Tetap saja, di era saat "ide bahwa mereka bisa buru-buru dan merambah hutan adalah kutukan bagi pelanggannya," perusahaan-perusahaan akan perlu menemukan cara yang lebih cerdik untuk maju, kata Scott Poynton, penemu dan direktur eksekutif The Forest Trust.

Membantu petani kecil panen lebih banyak dari lahan mereka bukan lagi pilihan beramal untuk produsen minyak kelapa sawit besar di Asia seperti Musim Mas, Wilmar International, dan Golden Agri-Resources.

Saat mereka berusaha memenuhi janji memasok minyak kelapa sawit, "ada kasus bisnis nyata di sana," pungkas Poynton.

Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015