Dua orang lain juga terbukti bersalah dan dipenjara. Jaksa mengatakan terdakwa bekerja sama dengan kelompok oposisi, yang bermarkas di Afrika Selatan, Kongres Nasional Rwanda.
Mihigo divonis penjara 10 tahun, sementara Cassien Ntamuhanga, wartawan pada Radio Kristen Rwanda di Kigali, dijatuhi hukuman 25 tahun, dan Jean Paul Dukuzumuremyi, mantan tentara, dijatuhi hukuman 30 tahun.
Mihigo dan Ntamuhanga dituduh penuntut umum bersekongkol dengan Kongres Nasional Rwanda di media sosial.
Mantan tentara Dukuzumuremyi diduga memperoleh uang untuk melakukan serangan granat di Kigali, sementara Niyibizi dituduh memfasilitasi pengiriman uang tunai kepadanya, kata jaksa.
Mihigo, penyintas genosida pada kelompok Tutsi pada 1994 di Rwanda, dikenal acap kali menyanyikan lagu kebangsaan di upacara-upacara resmi, termasuk beberapa acara yang dihadiri oleh presiden.
Tahun ini, ia meluncurkan lagu yang berjudul Arti Kematian yang dilarang pihak berwenang, karena tampaknya menyinggung isu-isu sensitif tentang genosida, saat 800.000 orang etnis minoritas Tutsi dan kelompok moderat dari mayoritas Hutu dibunuh suku Hutu.
Kagame adalah warga Tutsi yang memimpin pasukan gerilya yang menghentikan pembunuhan itu. Para kritikus menuduh presiden terlalu berkonsentrasi pada upaya mempertahankan kekuasaan dan menekan perbedaan pendapat.
"Ini memalukan, itu bukan keadilan. Ini konyol," kata Ntamuhanga kepada wartawan saat penjaga penjara membawanya keluar dari ruang sidang, "Tidak peduli berapa lama malam berlangsung, matahari akan muncul."
Ia mengatakan ia berencana untuk mengajukan banding segera. Kasus itu juga telah memicu kecaman dari kelompok hak asasi Wartawan Tanpa Batas.
Agnes Niyibizi, seorang akuntan yang juga didakwa dalam kasus itu, dibebaskan.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015