Riyadh (ANTARA News) - Para pemimpin enam negara Arab Teluk bertemu di Riyadh, Sabtu dan Minggu untuk KTT tahunan mereka di tengah-tengah kecemasan yang meningkat menyangkut program nuklir Iran dan situasi di Irak. "Reaksi-reaksi atas pembangunan dalam program nuklir Iran dan situasi keamanan yang berbahaya di Irak di kalangan anggota Dewan Kerjasama Teluk yang beranggotakan enam negara itu akan menjadi fokus KTT itu," kata sekjen GCC Abdelrahman Al Attiya kepada AFP. Negara-negara anggota GCC yaitu Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, "cemas akan kegagalan dalam perundingan internasional dan kontak-kontak dengan Iran mengenai program nuklirnya dan pemberlakuan sanksi-sanksi", kata seorang pejabat tinggi GCC. "Jika sanksi-sanksi diberlakukan (oleh Dewan Keamanan PBB) terhadap Iran, negara-negara GCC akan harus mentaatinya, yang akan menjengkelkan Iran," tambah pejabat yang tidak bersedia disebutkan identitasnya. Ia menghadiri pertemuan di Kairo antara Menlu AS Condoleezza Rice dan menlu-menlu GCC, Mesir dan Jordania, Oktober lalu. Rice memperingatkan bahwa "waktu mendesak bagi masyarakat internasional "jika tidak ingin kehilangan kredibilitas menyangkut Iran. AS secara terbuka menyatakan bahaya kegiatan militer Iran di kawasan itu, tapi negara-negara kami tidak merasa terancam oleh Teheran. Para pejabat Iran menjamin pada kami bahwa program nuklirnya adalah untuk tujuan damai, " kata Attiya. Tapi pernyataan-pernyataan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, Rabu bahwa Teheran berada "satu langkah dari puncak (nuklir), tidak akan menenteramkan hati negara-negara GCC. "Pernyataannya menimbulkan satu pertanyaan penting," kata suratkabar Arab saudi Al Bilad, Kamis. Seorang diplomat Arab di Riyadh mengemukakan kepada AFP "negara-negara Teluk tidak ingin manjadi bagian dari kelompok internasioal yang menekan Iran". Negara-negara ini "tidak ingin menjalankan sikap bermusuhan terhadap Iran, negara penting di kawasan itu," katanya. "Mereka kuatir memburuknya hubungan Iran-AS dapat membawa pada satu konfrontasi militer yang akan mendapat reaksi negatif terhadap negara-negara Teluk." Juni lalu, para menlu GCC mengatakan mereka kuatir kebocoran radio aktif dari satu fasilitas nuklir Iran akan merupakan malapetaka bagi lingkungan Teluk. GCC juga sangat cemas atas pengaruh Iran yang meningkat di Irak, terutama pada milisi Syiah yang kuat di sana. "Kami kiran ada satu rencana untuk memecah belah Irak," kata Attiya dan menambahkan bahwa "Orang-orang asing ingin melaksanakan rencana ini unuk menghapus identitas Arab rakyat Irak". Ia berusaha untuk meredam kekuatiran-kekuatiran yang tumbuh menyangkut pengaruh Syiah yang meningkat di negara-negara anggota GCC. "Rakyat negara-negara Teluk, Sunni dan Syiah, memiliki hak dan kewajiban yang sama ," katanya. Semua kepala negara GCC akan hadir dalam KTT itu, tambah Attiya. Pembicaraan mereka akan dipusatkan pada "perkembangan-perkembangan di wilayah-wilayah Palestina, situasi di Lebanon, dan masalah-masalah antara negara-negara anggota," katanya kepada AFP.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006