Bandung, (ANTARA News) - Akibat polusi air limbah pabrik dan banyaknya sampah rumah tangga yang dibuang ke Sungai Citarum, pencemaran sungai itu saat ini semakin parah, yakni mencapai sekitar 47,1 persen. Kadar bakteri e-coli di Sungai Citarum mencapai 50.000/100 ml, yang berasal dari limbah industri dan limbah domestik dari masyarakat (Sumber Pusair tahun 2006), demikian Ketua Kelompok Kerja Komunikasi Air (K3A), Dine Andriani kepada pers dalam diskusi tentang masalah pencemaran air di Kota Bandung, Kamis (7/12). Dikatakannya, di Jawa Barat terdapat sebanyak 235.000 pabrik dari berbagai industri. Dari jumlah keseluruhan itu, 750 pabrik di antaranya memproduksi air limbah yang dikembalikan ke perairan bebas. "Kebanyakan limbah dibuang ke air permukaan, tapi ada pula yang dibuang ke dalam tanah," ujarnya. Dengan banyaknya limbah yang dibuang ke sungai dan banyaknya masyarakat miskin yang menggunakan air tersebut untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk air minum dan mencuci serta untuk mandi, maka banyak warga yang terkena penyakit diare. Menurut Dine, penyakit diare sangat berbahaya bagi manusia karena diare bisa menyebabkan hilangnya cairan tubuh pada anak atau orang dewasa yang bisa menyebabkan kematian. "Penyakit diare merupakan urutan kedua di Indonesia yang bisa menyebabkan kematian, terutama terhadap balita," tuturnya. Dalam upaya mengantisipasi penyakit diare, langkah yang harus dilakukan oleh masyarakat adalah mencuci tangan dengan menggunakan sabun sebelum makan, memasak air hingga mendidih dan bila mendidih harus didiamkan selama tiga menit, sementara tutup pancinya jangan dibuka agar tidak ada bakteri yang masuk. Selain itu perlu pula untuk selalu mencuci dan menutup makanan untuk menghindari pencemaran makanan oleh serangga atau tangan yang kotor, demikian Dine Andriani.(*)
Copyright © ANTARA 2006