Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore bergerak melemah 24 poin menjadi Rp12.892 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.868 per dolar AS.
"Dolar AS kembali menguat terhadap rupiah setelah sempat tertekan pada perdagangan sesi pagi tadi. Indeks dolar AS mendapatkan sentimen dari pernyataan Kepala Bank Sentral AS cabang St. Louis bahwa suku bunga acuan AS mungkin akan dinaikkan pada rentang Juni-September tahun ini," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, pernyataan pejabat the Fed itu menjadi salah satu faktor pendorong penguatan dolar AS terhadap mayoritas mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah.
Selain itu, lanjut dia, data pemesanan barang tahan lama atau "durable goods orders" dan indeks harga konsumen inti Amerika Serikat yang dirilis lebih bagus dari prediksi juga membantu penguatan dolar AS.
Kendati demikian, menurut dia, sentimen dari Amerika Serikat itu tidak serta merta menekan mata uang rupiah lebih dalam, fluktuasi mata uang domestik pada akhir pekan ini (Jumat, 27/2) ini masih cukup stabil karena didukung fundamental ekoomi Indonesia yang masih bagus.
Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengemukakan bahwa Badan Pusat Statistik yang akan mengumumkan inflasi Februari dan neraca perdagangan Indonesia Januari 2015, ekspektasinya masih cukup positif.
"Indonesia akan kembali mencatatkan surplus untuk neraca perdagangan Indonesia menyusul harga minyak dunia yang masih rendah dan inflasi yang diperkirakan masih rendah," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat (27/2) ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.863 dibandingkan hari sebelumnya, Kamis (26/2) di posisi Rp12.862 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015