Tokyo (ANTARA News) - Kurs dolar AS melemah di perdagangan Asia pada Jumat setelah data inflasi AS menguat, menunjukkan meningkatnya tekanan harga di beberapa sektor ekonomi di Amerika Serikat, yang bisa memudahkan jalan bagi The Fed menaikkan suku bunganya.
Pada perdagangan sore di Tokyo, dolar melemah menjadi 119,17 yen dari 119,42 yen di New York pada Kamis sore, namun itu masih lebih tinggi dari 118,97 yen yang terlihat di Tokyo pada Kamis pagi.
Euro naik menjadi 1,1213 dolar, dari 1,1198 dolar, tetapi merosot menjadi 133,62 yen dari 133,72 yen di perdagangan AS.
Sementara penurunan harga minyak mentah terus memperlemah inflasi secara keseluruhan di AS, data dari Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis mengungkapkan tekanan sedang meningkat di sejumlah bidang, termasuk tempat hunian dan perawatan pribadi.
"Pemulihan tajam dalam dolar AS selama perdagangan di luar negeri semalam (Kamis) terutama akibat data inflasi AS," kata National Australia Bank dalam sebuah komentar.
Penyiasat Deutsche Bank Daniel Brehon mengatakan data (inflasi) yang menunjukkan sedikit antusias itu masih bisa memicu harapan untuk kenaikan suku bunga, yang merupakan nilai tambah untuk dolar.
"Mengingat bahwa kejutan inflasi telah negatif di seluruh dunia,
apa pun di atas konsensus adalah tanda untuk optimisme dan tanda untuk suku bunga lebih tinggi di AS," katanya kepada Bloomberg News.
Pasar telah penuh dengan spekulasi kapan tepatnya tahun ini bank sentral AS akan mulai menaikkan suku bunganya.
Namun, dalam dua hari kesaksiannya kepada Kongres AS, Ketua Fed Janet Yellen mengatakan bank sentral tidak akan terburu-buru dan terlihat mengesampingkan untuk menaikkan suku bunga sebelum Juni.
Yen bervariasi setelah data resmi menunjukkan bahwa tingkat inflasi Jepang jatuh ke tingkat terendah sejak Mei 2013 ke tingkat yang terakhir terlihat setelah Tokyo meluncurkan serangan yang bertujuan untuk menaklukkan deflasi bertahun-tahun dan pertumbuhan yang mengecewakan.
Disesuaikan dengan kenaikan pajak penjualan tahun lalu, indeks harga konsumen inti hanya naik 0,2 persen dari setahun sebelumnya pada Januari -- terendah sejak tingkat nol persen pada Mei 2013 -- , setelah tumbuh 0,5 persen pada Desember, jauh dari target inflasi bank sentral Jepang (BoJ) 2,0 persen. .
Data harga resmi yang mengecewakan meragukan klaim Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda bahwa inflasi pada tren kenaikan, dan meningkatkan kemungkinan bahwa BoJ akan melepaskan lebih banyak stimulus untuk melawan krisis, yang cenderung akan melemahkan yen.
Namun demikian, Kuroda mengatakan pada konferensi pers Jumat sore: "Karena dampak dari penurunan harga dalam minyak mentah pada basis tahun ke tahun menghilang, inflasi dua persen kemungkinan akan tercapai."
Dolar bervariasi terhadap mata uang Asia-Pasifik.
Unit AS merosot menjadi 44,08 peso Filipina dari 44,09 peso pada Kamis, menjadi 1.098,90 won Korea Selatan dari 1.099,98 won, menjadi 61,82 rupee India dari 61,95 rupee dan menjadi 32,36 baht Thailand dari 32,44 baht.
Namun greenback naik menjadi 12.886,90 rupiah Indonesia dari 12.866,00 rupiah, menjadi 1,3570 dolar Singapura dari 1,3535 dolar Singapura dan menjadi 31,47 dolar Taiwan dari 31,44 dolar Taiwan.
Dolar Australia turun menjadi 77,94 sen AS dari 78,56 sen AS, sementara yuan Tiongkok tidak berubah di 19,00 yen.
(A026/B012)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015