"Tanda-tanda kepunahan ini mulai terlihat dari berkurangnya jumlah tingkatan kokok ayam serta penurunan jumlah populasinya dalam 50 tahun terakhir," katanya di Padang, Jumat.
Ia mengatakan pada penelitian terakhir 1997 jumlah populasi ayam yang hanya ada di Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok, itu tinggak sekitar 300 dan saat ini jumlahnya kemungkinan sudah lebih sedikit lagi.
"Ayam Kokok Balenggek ini hidup secara endemik atau hanya pada satu tempat sehingga masih sulit untuk membudidayakannya," kata dia.
Ia menambahkan bahwa masyarakat Tigo Lurah masih membudidayakannya secara tradisional sehingga risiko kematiannya lebih besar besar.
Selain jumlahnya, tingkatan kokok atau lenggek ayam penyanyi ini juga terus menurun sejak tahun 1950an menurut Prof Hafil.
Dia menyebutkan tahun 1950an ada 24 lenggek dalam populasi ayam ini namun sudah turun menjadi 11 tingkatan pada 1994 dan tinggal sembilan tingkatan kokok sepuluh tahun kemudian.
Ia mengatakan saat pemerintah dan para peneliti berusaha melakukan konservasi lewat upaya budidaya dan penelitian keragaman genetik.
Peneliti ayam Kokok Balenggek, Dr. Firda Arlina, menambahkan penelitian antara lain dilakukan dengan mengidentifikasi karakteristik dan sifat genetik ayam penyanyi tersebut untuk mencari tahu strategi yang tepat untuk mempertahankan populasinya.
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015