Tidak perlu langkah antisipatif, karena pelemahan dipengaruhi faktor eksternal. Bagi kita, sebenarnya angka-angka seperti itu tidak masalah karena ekspor kita akan lebih baik impor kita menurun,"
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan pemerintah belum perlu mengambil langkah antisipasi menghadapi pelemahan rupiah terhadap dolar AS mengingat penyebabnya faktor ekternal.
"Tidak perlu langkah antisipatif, karena pelemahan dipengaruhi faktor eksternal. Bagi kita, sebenarnya angka-angka seperti itu tidak masalah karena ekspor kita akan lebih baik impor kita menurun," katanya kepada pers di Ambon, Maluku, Kamis.
Kalla berada di Ambon untuk membuka Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pemerintahan Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) Tahun 2015.
Dikatakan wapres, pelemahan rupiah sebenarnya sudah terjadi enam bulan terakhir dan nilainya memang fluktuatif yang lebih disebabkan oleh faktor luar negeri. Meski, lanjutnya, memang ada juga pengaruh faktor internal.
"Ya, kadang-kadang dalam negeri dan kadang-kadang luar negeri. Kalau ini kan terjadi akibat Yunani, sehingga lebih sulit lagi, otomatis euronya melemah dan dolar menguat," katanya.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis pagi, bergerak melemah tipis sebesar satu poin menjadi Rp12.857 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.856 per dolar AS.
"Mata uang rupiah bergerak mendatar terhadap dolar AS menyusul aksi wait and see pelaku pasar terhadap pengumuman data ekonomi domestik pada awal pekan depan (Senin, 2/3) oleh Badan Pusat Statistik (BPS)," kata Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Kamis.
Ia memperkirakan bahwa mendatarnya fluktuasi nilai tukar rupiah dikarenakan adanya kecemasan sebagian pelaku pasar terhadap laju inflasi Februari 2015 yang diperkirakan kembali tinggi menyusul harga beras di dalam negeri yang meningkat.
Namun, ia mengharapkan bahwa kenaikan harga beras segera dapat diredam sehingga tidak mengganggu tingkat inflasi Februari 2015, yang awalnya diprediksi rendah seperti laju inflasi Februari 2014 yang sebesar 0,26 persen.
Ia menambahkan bahwa laju rupiah juga diharapkan kembali bergerak di area positif setelah adanya testimoni dari Gubernur the Fed Janet Yellen yang mengindikasikan tidak ada kenaikan suku bunga (fed fund rate) untuk beberapa pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) ke depan.
"Sentimen eksternal berpotensi menjadi sentimen positif bagi laju rupiah melanjutkan penguatan," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan rupiah bergerak stabil seiring investor masih berhati-hati terhadap penanganan krisis keuangan Yunani meski telah disetujuinya perpanjangan dana talangan.
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015