Jakarta (ANTARA News) - Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Tjatur Sapto Edy membantah raihan suara partainya anjlok pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 karena berada di bawah bayang Partai Demokrat (PD).
Pernyataan Tjatur disampaikan di Jakarta, Kamis, guna membantah tuduhan mantan Ketua Umum Soetrisno Bachir atau SB terkait suara PAN anjlok karena terlalu dekat dengan partai lain.
"(Tuduhannya) tidak pakai data dan sejarah keikutsertaan PAN pada Pemilu 2014, mungkin Pak SB lupa PAN memperoleh suara terendah saat dipimpin siapa," sindir Tjatur.
Tjatur menyebutkan ada dua fakta yang PAN tidak berada di bawah eksistensi partai lain khususnya Partai Demokrat.
Pertama perolehan suara PD naik tajam 156 persen pada Pemilu 2009 namun menurun drastis sekitar 41,3 persen pada Pemilu 2014.
Sedangkan raihan suara PAN menurun sekitar 14,4 persen pada Pemilu 2009, namun meningkat 53 persen pada Pemilu 2014.
Raihan suara kedua partai itu bertolak belakang sehingga tuduhan SB soal raihan suara PAN anjlok lantaran dekat dengan PD tidak terbukti, menurut Tjatur.
Fakta kedua saat pemilihan Ketua MPR RI seharusnya milik PD karena jumlah kursinya lebih banyak dibanding PAN, namun berkat lobi politik Ketua Umum PAN Hatta Rajasa maka pimpinan MPR RI menjadi jatah PAN dengan menunjuk Zulkifli Hasan.
Tjatur yang juga anggota Komisi III DPR RI itu menilai Hatta Rajasa sebagai pemimpin yang mampu mempersatukan seluruh anggota dan kader PAN.
"Kita butuh sosok pemimpin yang mampu mempersatukan kader PAN menuju arah lebih baik," ujar Tjatur.
Sebelumnya, mantan Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir saat konsolidasi pemenangan Zulkifli Hasan sebagai kandidat Ketua Umum di Yogyakarta, Rabu (25/2), menyatakan suara PAN anjlok pada Pemilu 2014 karena faktor terlalu dekat dengan partai lain.
SB menganggap pimpinan PAN saat itu memiliki hubungan dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono.
PAN akan mengadakan Kongres di Bali pada akhir Februari, dua kandidat yakni Hatta Rajasa dan Zulkifli Hasan akan bersaing menjadi Ketua Umum.
Pewarta: Taufik Ridwan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015