"Smelter itu rencana selesainya Maret 2016 pada tahap satu dengan kapasitas produksi 750 ribu ton 'hot metal' per tahun," kata Direktur Marketing Garuda Steel Group Chairuddin di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Kamis.
Chairuddin mengatakan, pembangunan smelter tahap dua akan mulai dibangun ketika tahap pertama mendekati penyelesaian yakni pada pertengahan 2016, dengan kapasitas 750 ribu ton "hot metal" per tahun, sehingga total kapasitas produksainya mencapai 1,5 juta ton per tahun.
Ia melanjutkan, GSG akan menggunakan bahan baku dari Kalimantan, Padang, Jambi dan DI Aceh.
Menurut Chairuddin, pembangunan smelter ini merupakan ekspansi usaha yang dilakukan GSG di tengah lesunya industri baja nasional, karena dibanjiri produk impor dari Tiongkok.
Chairuddin menambahkan, kapasitas produksi baja GSG sebelumnya mencapai 1,3 juta ton per tahun, namun sejak enam bulan terakhir, angkanya turun menjadi di bawah 1 juta ton dengan proses produksi hanya 10 hari dalam sebulan, yang sudah terjadi selama tiga bulan.
"Kondisi tersebut membuat kami 'over stok' selama enam bulan terakhir. Karena produk kami kalah bersaing dengan produk impor baja dari Tiongkok," katanya.
Meskipun tidak sampai pada proses Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), lanjut Chairuddin, namun insentif yang didapat karyawan perusahaan agak berkurang.
"Perusahaan tetap bertahan untuk tidak ada PHK. Kami juga menjaga pendapatan karyawan tetap di atas UMR, jadi UMR ditambah insentif, yang jumlahnya agak berkurang, karena produksinya berkurang," ujarnya.
Chairuddin mengaku optimis pada Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo, yang dapat menggenjot kembali industri baja nasional dengan berbagai kebijakan yang diberikan.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015