Sinai Utara, Mesir (ANTARA News) - Sedikitnya 38 gerilyawan garis keras tewas dan 27 orang lagi cedera dalam serangan malam pasukan tentara Angkatan Bersenjata Mesir ke persembunyian gerilyawan di Kota Rafah dan Sheikh Zuweid di Provinsi Sinai Utara.
Satu sumber keamanan mengatakan kepada kantor berita Xinhua bahwa serangan itu dimulai pada Selasa larut malam (24/2) dan berlanjut sampai Rabu dini hari. Serangan tersebut menghancurkan empat rumah, empat kendaraan dan 10 sepeda motor.
Gerilyawan garis keras itu menurut sumber keamanan merupakan anggota Ansar Bayt Al-Maqdis, kelompok yang diilhami oleh Al-Qaida, yang berpusat di Sinai dan belum lama ini telah menyatakan janji setia kepada kelompok garis keras Negara Islam (Islamic State/IS).
Pasukan keamanan juga menggagalkan dua upaya peledakan bom mobil dengan sasaran personel keamanan di Kota Arish dan Rafah serta menjinakkan lima peledak yang dipasang di satu jalan rayat di Arish.
Mesir telah menyaksikan peningkatan gelombang serangan teror sejak penggulingan presiden Mohamed Moursi dari kubu Islam oleh militer pada Juli 2013.
Penindasan keamanan terhadap pendukung Moursi telah menewaskan sedikitnya 1.000 orang serta membuat ribuan orang lagi ditangkap.
Serangan anti-pemerintah juga telah meluas dari Sinai ke Ibu Kota Mesir, Kairo, serta provinsi lain di seluruh negeri tersebut. Sementara itu kelompok Ansar Bayt Al-Maqdis mengaku bertanggung-jawab atas puluhan serangan mematikan --yang telah menewaskan ratusan personel polisi dan militer.
Pada Oktober 2014, satu serangan bom mobil di Sinai Utara menewaskan tak kurang dari 30 prajurit Mesir.
Pada penghujung Januari, serangkaian serangan dan pemboman bunuh diri yang berlangsung serentak, juga di Sinai Utara, menewaskan lebih dari 30 prajurit militer dan polisi selain 14 warga sipil.
Selama beberapa pekan belakangan, operasi keamanan telah menewaskan puluhan gerilyawan garis keras di semenanjung itu sebagai bagian dari perang pemimpin baru Mesir melawan aksi teror.
Sejak penggulingan Moursi, pengikut setianya telah melancarkan pawai anti-pemerintah guna mencela penggulingannya, yang mereka cap sebagai "kudeta".
Ikhwanul Muslimin, kubu pendukung Moursi, dimasukkan ke dalam daftar hitam oleh pemimpin baru negeri tersebut dan dicap sebagai "organisasi teroris". (Uu.C003)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015