Sebuah penelitian mengenai kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan pihak salah satu merek pasta gigi bersama Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat dan Kedokteran Gigi Pencegahan Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia, belum lama ini mengungkapkan inisiatif anak membuat jurnal menyikat gigi harian terbukti efektif tidak hanya untuk diri mereka sendiri tetapi juga orang tua mereka.
"Anak punya potensi menjadi "agent of change". Di awal (penelitian), sekitar 34 persen orang tua bilang menyikat gigi kurang dari dua kali dalam sehari. Tetapi, di akhir penelitian, berubah menjadi satu dari 10 orang tua yang menyikat gigi kurang dari dua kali," ujar drg. Ratu Mirah Afifah GCClindDent, MDSc., selaku pihak yang terlibat dalam penelitian, di Jakarta, Rabu.
Temuan itu didapat setelah peneliti melakukan survei pada 984 anak usia dari tiga sekolah dasar di daerah Bekasi.
Di awal dan akhir penelitian, para responden ini diminta untuk mengisi kuesioner dan melakukan pemeriksaan gigi dan mulut. Kemudian, dari 984 anak itu, dipilih beberapa anak untuk diwawancarai lebih lanjut.
Hasil wawancara menunjukkan, anak-anak sudah memiliki kesadaran menjaga kesehatan gigi dan mulut turut berandil kuat mengubah lingkungannya, terutama dimulai dari keluarga. Penelitian menunjukkan, pada awalnya, sekitar satu dari tiga orang tua mengaku menyikat gigi kurang dari dua kali sehari.
Kemudian, setelah peneliti melakukan intervensi, berupa pembiasaan menyikat gigi secara benar pada anak, ternyata berpengaruh menurunkan angka menjadi satu per 10 orang tua yang menyikat gigi kurang dari dua kali sehari.
Menanggapi hasil penelitian itu, Drg. Ratu mengungkapkan, anak Indonesia dapat menjadi sumber inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya untuk membagikan kebiasaan baik dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut. Dia menambahkan, kebiasaan menyikat gigi minimal dua kali sehari mampu mencegah gigi berlubang dan penyakit gusi.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015