Dalam penelitian mengenai kesehatan gigi dan mulut oleh Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat dan Kedokteran Gigi Pencegahan Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia, bersama salah satu merek pasta gigi itu, diketahui anak-anak yang mengalami gigi berlubang cenderung tidak hadir di sekolah selama tiga hari.
"Jumlah hari tidak ke sekolah adalah tiga hari sementara yang tidak memiliki gigi berlubang adalah dua hari," kata drg. Ratu Mirah Afifah GCClinDent., MDSc, selaku pihak yang terlibat dalam penelitian di Jakarta, Rabu.
Temuan ini diperoleh setelah para peneliti menyurvai 984 anak dari tiga sekolah dasar di kawasan Bekasi. Mereka ini terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan usia, yakni usia 6-7 tahun (539 anak) dan 10-11 tahun (445 anak), selama delapan minggu.
Kemudian, setelah para peneliti mengamati para responden, lebih lanjut dalam dua bulan sebelum dan dua bulan sesudah penelitian, diketahui anak-anak kelompok 94 persen anak usia 6-7 tahun yang memiliki lubang pada gigi tetap mereka, cenderung lebih banyak absen dibandingkan anak yang giginya sehat.
Hasil penelitian juga menunjukkan, anak-anak yang mengalami gigi berlubang juga mengalami penurunan prestasi akademis, yang dilihat dari nilai matematikanya. Temuan ini diperoleh setelah peneliti mengamati lebih jauh selama 12 bulan.
Salah seorang anak yang menjadi responden, Fuad (7), siswa SD Negeri 11 Kebon Jeruk Pagi mengatakan, gigi berlubang membuatnya harus turun peringkat kelas dari yang semula tiga menjadi lima.
"Waktu kelas tiga semester satu, saya sering sakit gigi yang membuat sering tidur di sekolah agar berkurang rasa nyerinya. Hal tersebut membuat saya sering ketinggalan pelajaran dan harus belajar ekstra keras untuk mengejar ketertinggalan. Saya akhirnya alami penurunan ranking dari tiga ke lima," kata dia.
drg. Ratu menambahkan, hubungan antara gigi berlubang dan penurunan prestasi akademis anak juga ditemui di luar Indonesia.
Di Los Angeles misalnya, penelitian menunjukkan, anak-anak yang mengalami sakit gigi empat kali berisiko lebih tinggi mendapatkan nilai yang lebih rendah.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015