Roma (ANTARA News) - Banjir dan tanah longsor terkait perubahan iklim merusak sebagian wilayah dan mengganggu produksi pangan Sri Lanka dalam dua tahun terakhir, tapi para ilmuwan yakin instalasi stasiun cuaca berbiaya rendah berbasis teknologi sumber terbuka bisa membantu para petani beradaptasi dengan cuaca yang terus berubah.

New Mobile Weather Stations memberi para petani akses cepat ke data curah hujan sehingga mereka bisa membuat rencana lebih baik untuk mengantisipasi hujan atau cuaca ekstrim, kata Yann Chemin, ilmuwan yang memimpin inisiatif baru itu, Kamis.

Menurut dia, pemasangan sensor yang mudah dibuat itu membutuhkan biaya sekitar 250 dolar AS sedang biaya untuk stasiun cuaca standar sekitar 10.000 dolar AS.

Ketika lebih banyak sistem sudah diproduksi, Chemin berharap bisa punya pesan teks yang dikirim dari sensor-sensor langsung ke para petani dan pejabat pemerintah ketika curah hujan diperkirakan meningkat di area tertentu.

Ketika para petani mendapatkan informasi, ia melanjutkan, mereka akan punya sekitar enam jam untuk mengosongkan tank-tank irigasi, atau melakukan penyesuaian lain di lapangan untuk mencegah panenan puso akibat banjir.

"Ini bukan ilmu roket, tapi ini memberi orang waktu untuk bereaksi supaya mereka bisa menyelamatkan nyawa dan panenan," kata Chemin kepada Thomson Reuters Foundation.

Ia mengatakan di beberapa bagian utara tengah Sri Lanka, 65 persen hasil panen rusak dalam dua tahun terakhir akibat banjir dan bencana lain terkait perubahan iklim.

Informasi itu juga akan memungkinkan rumah tangga di pedalaman untuk bersiap mengumpulkan air hujan untuk minum.

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015