Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan kondisi kaum perempuan di Indonesia saat ini masih memprihatinkan terutama di daerah konflik, daerah bencana alam dan di daerah miskin. "Selain itu kaum perempuan masih belum terlindungi dari kekerasan dalam rumah tangga dan kejahatan terhadap kaum perempuan di banyak kasus dan daerah," kata presiden pada acara ulang tahun ketujuh Dharma Wanita Persatuan (DWP) di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta, Kamis. Menurut presiden, kondisi perempuan seperti itu harus diperhatikan sungguh-sungguh sehingga harkat, martabat dan kesejahateraan perempuan Indonesia bisa dinaikkan menjadi lebih tinggi. "Upaya perbaikan itu perlu dilakukan secara bersama, secara konseptual melalui program-program dengan upaya yang tepat, terarah dan berkelanjutan terus menerus," katanya. Dikatakannya, hal yang mendesak dilakukan adalah melakukan perlindungan terhadap kaum perempuan terutama dari kekerasan, kejahatan dari penderitaan yang ekstrim dan kemiskinan yang sangat absolut. Setelah itu dilakukan, tahapan berikutnya adalah melakukan pemberdayaan perempuan dengan memenuhi hak-hak dasarnya sesuai kualitas hidup yang memadai yaitu taraf kesehatan, pendidikan dan pendapatan yang baik. Menurut Presiden, negara juga memastikan agar tata perundangan termasuk konstitusi harus adil dan tidak boleh bias gender atau diskriminatif terhadap kaum perempuan bahkan kalau perlu berpihak terhadap kaum perempuan dan anak-anak dalam hal-hal tertentu. Dalam kesempatan itu, presiden yang didampingi Ibu Ani Yudhoyono meminta agar DWP meningkatkan perannya secara konstruktif kepada para anggotanya, meningkatkan kontribusi dalam melakukan perlindungan untuk memajukan kaum perempuan di tanah air serta dapat berpartisipasi dan berkontribusi dalam pembangunan bangsa dan negara secara menyeluruh. Sementara itu, Ketua DWP Nila F Moeloek mengatakan bahwa kondisi kaum perempuan saat ini belum mencapai tingkat yang diharapkan seperti di bidang pendidikan 33 persen perempuan tidak lulus SD, sementara yang lulus sarjana strata-1 sebanyak tiga persen di bawah laki-laki yang mencapai 4,1 persen. Untuk itu, lanjut Nila, program prioritas yang perlu dilakukan adalah mempercepat perempuan berkonsep pengetahuan dengan mendorong kaum perempuan meningkatkan pengetahuannya di segala bidang sehingga bisa bermanfaat dalam meningkatkan kesejahteraannya.(*)

Copyright © ANTARA 2006