Ankara (ANTARA News) - Turki akan membuat peluru kendali jarak jauh baru standard NATO, kata juru bicara presiden Ibrahim Kalin seperti dikutip Reuters, Senin.

Namun Turki yang adalah anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memilih "China Precision Machinery Import and Export Corp" sebagai penawar utama pada 2013 dalam memasok sistem rudal itu.

Keputusan ini membuat Barat mencemaskan keamanan dan kecocokan persenjataan tersebut dengan infrastruktur NATO.

Menteri Pertahanan Ismet Yilmaz mengatakan pekan lalu Ankara tidak berencana mengintegrasikan sistem pertahanan baru dengan sistem NATO sehingga makin menambah kekhawatiran NATO.

Tetapi Kalin berkata, "Sebagai salah satu negara terpenting dalam barisan keamanan NATO, kami tentunya akan menjamin integrasi dan keselarasan ini."

Di parlemen, Yilmaz mengatakan evaluasi penawaran telah dirampungkan dan tidak ada penawaran baru yang masuk namun para pejabat pemerintah kemudian menjelaskan itu tidak berarti keputusan akhir sudah dibuat.

Eurosam, yang dimiliki pembuat rudal Prancis-Italia MBDA dan Thales dari Prancis, berada pada posisi kedua dalam tender 2013.

Raytheon Co yang terdaftar di Amerika Serikat juga menawarkan sistem pertahanan rudal Patriot, yang sekarang dioperasikan 13 negara di dunia, demikian Reuters.


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015