Padi sehat ini, menggunakan pupuk organik yakni pupuk kandang atau pupuk kompos, jadi masih mengarah ke pertanian organik,"
Bantul (ANTARA News) - Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengembangkan pertanian padi sehat atau padi yang meminimalisir penggunaan bahan kimia dalam proses penanamannya.
"Padi sehat ini, menggunakan pupuk organik yakni pupuk kandang atau pupuk kompos, jadi masih mengarah ke pertanian organik," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP) Bantul, Pulung Haryadi di Bantul, Minggu.
Menurut dia, pengembangan padi sehat ini sudah dilakukan Pemkab Bantul sejak beberapa tahun lalu dengan sasaran pertama lahan pertanian padi milik kelompok tani di Desa Wijirejo Pandak.
Saat ini, kata dia, penanaman padi sehat sudah mengarah ke desa lain di Kecamatan Pandak, serta kecamatan-kecamatan lainnya seperti wilayah Kecamatan Sewon dan Banguntapan.
"Di wilayah Desa Wijirejo saja, sedikitnya sudah ada seluas 60 hektare lahan padi sehat, kalau jumlah keseluruhan (lahan padi sehat) se-Bantul, saya tidak hafal," kata Pulung.
Ia mengatakan, produktivitas padi sehat yang dikembangkan di beberapa wilayah Bantul saat ini masih sekitar tujuh ton per hektare atau lebih rendah dibanding produktivitas padi biasa yang mencapai 7,8 ton per hektare.
"Produktivitasnya memang lebih rendah, namun harga jual untuk padi jenis ini lebih mahal dari padi biasa sehingga para petani yang mengembangkan padi sehat ini tidak mengalami kerugian," katanya.
Sementara itu, kata dia, untuk pengembangan pertanian organik, hingga kini pihaknya masih kesulitan karena kondisi geografis Bantul yang berada paling selatan di DIY, membuat air yang mengalir pada irigasi untuk pengairan sawah sudah tercemar.
Menurut dia, yang disebut organik harus benar-benar murni dari sisi tanah, pupuk, pengairan hingga penanggulangan hama, sehingga sejak awal penanaman hingga panen, padi tersebut tidak boleh ada pencemaran.
"Sementara untuk irigasi saja misalnya, di Bantul tidak sehat karena merupakan wilayah hilir sehingga air yang mengalir untuk pengairan sawah sudah tercemar dari utara, belum lagi tambahan penggunaan pupuk kimia, pestisida dan sebagainya," katanya.
Pewarta: Heri Sidik
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015