Fatayat NU menolak berbagai bentuk kekerasan dalam berdakwah, baik melalui media ataupun mengatasnamakan agama yang mengabaikan rasa kemanusiaan dan keberadaban,"
Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Pusat Fatayat Nahdlatul Ulama (PP Fatayat NU) mengecam keras aksi kekerasan dan tindakan radikal para pengikut "Islamic State of Iraq and Suriah" (ISIS) yang menyebarkan teror melalui kekerasan hingga mengorbankan jiwa manusia.
"Fatayat NU menolak berbagai bentuk kekerasan dalam berdakwah, baik melalui media ataupun mengatasnamakan agama yang mengabaikan rasa kemanusiaan dan keberadaban," kata Ketua Umum PP Fatayat NU, Ida Fauziah, di Jakarta, Minggu.
Menurut Ida Fauziah, PP Fatayat NU juga mengutuk pemahaman dakwah ISIS yang mengeksploitasi perempuan sebagai media jihad yang menghilangkan harkat dan martabat mereka sebagai manusia.
ISIS yang merupakan gerakan Islam radikal, kata dia, gaungnya sampai ke Indonesia, sehingga aksi kekerasan dan tindakan radikalnya perlu disikapi secara tegas.
Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menjelaskan, aksi kekerasan dan tindakan radikal isi sangat mengganggu ketenangan umat Islam maupun yang berdakwah ikhlas dan damai.
Fatayat NU yang merupakan bagian dari NU, kata dia, melakukan dakwah Islam secara rahmatan lil alamin yang berhaluan Islam ahlusunah waljamaah yakni menyelaraskan makna dakwah dengan cita-cita nasional dan menjaga martabat bangsa dari ideologi yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
"Karena itu, kerukunan beragama dan medan dakwah adalah PR besar bagi kita semua dalam membangun dakwah," katanya.
Ia menegaskan, Fatayat NU memiliki kiprah dalam membangun iklim keagamaan di Indonesia serta berkepentingan untuk mengorganisir seluruh kekuatan dakwah.
Salah satu bentuknya, kata dia, tidak terburu-buru menyetujui RUU tentang Kerukunan Umat Beragama (KUB) yang masuk dalam daftar Prolegnas 2015-2019 menjadi UU.
"Pemerintah seyogyanya lebih banyak mendengar dan bertukar gagasan untuk mencapai tujuan bersama dengan pihak-pihak yang konsen dan peduli pada persolan tersebut," katanya.
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015