... kami rugi puluhan miliar, itu tidak masalah karena risiko bisnis...
Tangerang, Banten (ANTARA News) - Lion Air mengklaim kondisi finansialnya masih stabil meski merugi miliar rupiah serta mengeluarkan banyak uang untuk mengembalikan uang tiket penumpang yang mengalami penundaan penerbanganan.

"Kondisi finansial Lion Air tidak dalam bermasalah. Kalaupun kami rugi puluhan miliar, itu tidak masalah karena risiko bisnis. Tetapi yang besar itu kerugian terhadap konsumen," kata Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait, di Tangerang, Jumat.

Ia mengatakan, alasan peminjaman uang sebesar Rp4 miliar ke PT Angkasa Pura II karena pihaknya hanya memiliki uang tunai sebesar Rp1,5 miliar. Padahal Lion Air sanggup memesan pasti 508 unit pesawat terbang baru, gabungan Boeing, Airbus, dan ATR, senilai lebih dari 52,7 miliar dolar Amerika Serikat.

Uang Rp4 miliar itu masih kurang bila harus mengatasi refund dengan jumlah penumpang mencapai ribuan orang. Maka itu, dilakukan peminjaman dan akan diganti setelah semuanya selesai.

Apalagi, pada hari kemarin sedang tanggal merah karena libur nasional dan sekarang tidak bisa mengambil dalam jumlah besar. "Kita akan ganti dan semuanya dalam kondisi baik," kata Sirait.

Seluruh penumpang yang tertunda keberangkatannya dianjurkan untuk menukarkan tiket yang sudah dibeli dengan uang tanpa potongan satu sen pun.

Hal ini untuk membantu penumpang yang akan melakukan perjalanan ke luar kota. Tetapi, bila ingin tetap menggunakan jasa Lion Air, maka bisa memilih penerbangan pada hari Senin hingga Rabu pekan depan.

Budi Karya Samadi selaku Direktur Utama PT Angkasa Pura II, mengatakan, "Jadi, berdasarkan kesepakatan dengan pihak Lion Air, kita bayarkan refund dan nanti diganti oleh Lion Air."


Dua hari lalu terjadi kekacauan masif di puluhan bandara Tanah Air akibat keterlambatan parah dan pembatalan sepihak penerbangan Lion Air. Banyak di antara mereka murka bahkan mengamuk dan saat itu manajemen Lion Air tidak juga bisa memberi penjelasan memuaskan bagi mereka.


Diperkirakan 6.000 pemakai jasa penerbangan Lion Air tidak bisa terbang ke tujuan memakai maskapai penerbangan bermotto We Make People Fly milik Rusdi Kirana --anggota Dewan Pertimbangan Presiden-- itu.


Lion Air diketahui memiliki armada 107 pesawat terbang dengan 81 yang operasional tiap hari. Eskpansi bisnis mereka sangat luar biasa, memesan pasti lebih dari 508 unit pesawat terbang (gabungan Boeing, Airbus, dan ATR), dengan nilai pembelian lebih dari 52,7 miliar dolar Amerika Serikat.


Hingga 2014 lalu, Lion Air secara gigantis dan mencengangkan dunia penerbangan global setelah memesan pasti Airbus A320-200 (64 unit), Airbus A320neo (109 unit), Airbus A321neo (65 unit), Airbua A330-300 (tiga unit), Boeing B-737-800 (17 unit), Boeing B-737-900ER (49 unit), dan Boeing B-737 MAX 9 (201 unit).


Angka itu masih ditambah komitmen pemesanan lima unit Boeing B-787 Dreamliner dan puluhan ATR-72 series.


Dalam dunia penerbangan, lazim dikalkulasi satu unit pesawat terbang memerlukan antara enam hingga delapan set SDM pengawak (satu set terdiri dari kapten pilot-kopilot, seorang petugas keselamatan penerbangan, lima awak kabin alias pramugari/pramugara untuk kelas Boeing B-737 series atau Airbus A-320 series).


Keperluan SDM maskapai penerbangan itu masih harus ditunjang ketersediaan SDM teknisi yang masa investasi pendidikan dan pembentukan hingga sertifikasinya jauh lebih panjang ketimbang mencetak pilot penyandang brevet PPL (pesawat pribadi mesin tunggal) di sekolah-sekolah penerbangan.

Pewarta: Achmad Irfan
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015