Dhaka (ANTARA News) - Aliansi oposisi utama Bangladesh pada Jumat (20/2) menyerukan babak baru pemogokan nasional mulai Minggu pagi guna menggolkan tuntutan mereka termasuk pemilihan umum baru di bawah sistem pemerintah sementara non-partai.
Pengumuman pemogokan tersebut dikeluarkan cuma sehari setelah oposisi melancarkan pemogokan lima-hari di seluruh negeri itu mulai Minggu lalu (15/2), di tengah bentrokan keras, vandalisme, pembakaran dan serangan bom bensin.
Juru Bicara Partai Nasionalis Bangladesh (BNP), pimpinan Begum Khaleda Zia, yang dua kali pernah menjadi perdana menteri, Salahuddin Ahmed mengeluarkan pengumuman tersebut melalui siaran pers pada Jumat, demikian laporan Xinhua, Sabtu pagi.
Selain itu, ia mengatakan aliansi tersebut berencana melancarkan demonstrasi di seluruh negeri itu pada Senin.
BNP dan sekutunya telah mengumumkan pemogokan 72-jam oleh pekerja sektor jalan raya, kereta dan transportasi air mulai Minggu pagi, di tengah aksi blokade yang berlangsung dan memasuki hari ke-46 pada Jumat.
Salahuddin Ahmed, Sekretaris Jenderal Gabungan BNP, mengatakan pemogokan tersebut direncanakan dimulai pada pukul 06.00 waktu setempat Ahad dan berlangsung sampai pukul 06.00 waktu setempat Rabu.
Pada Sabtu (31/1), beberapa saat setelah pemutusan saluran listrik, hubungan Internet dan telepon ke kantor mantan perdana menteri Bangladesh Begum Khaleda Zia di daerah kantung diplomatik di Gulshan, Dhaka, dilaporkan juga terputus.
Pada Sabtu dini hari, seorang pejabat yang dekat dengan kantor Khaleda Zia di Gulshan mengatakan pihak berwenang memutus pasokan listrik ke kantor tersebut, tempat mantan perdana menteri tersebut telah tinggal sejak 4 Januari. Sebelumnya ia dilarang menghadiri pertemuan terbuka anti-pemerintah oleh aliansi partai yang dipimpinnya.
Semua tindakan tersebut dilakukan setelah seorang menteri di pemerintahan Perdana Menteri Sheikh Hasina dilaporkan telah mengancam bahwa pasokan air dan listrik ke kantor Khalida akan diputus kalau ia tidak menghentikan blokade di seluruh negeri itu paling lambat pada 2 Februari.
BNP, pimpinan Khaleda, dan sekutunya telah melancarkan blokade transportasi di seluruh negara Asia Selatan tersebut sejak 6 Januari.
Pihak berwenang di Bangladesh telah melarang bus malam jarak jauh melakukan perjalanan, setelah dua serangan bom bensin belum lama ini, sehingga menewaskan 16 orang dalam kerusuhan politik semakin buruk di negara itu.
Serangan tersebut merupakan yang paling mematikan di negara itu sejak kerusuhan baru pecah pada awal Januari.
Menteri Muda Dalam Negeri Asaduzzaman Khan mengatakan operator transportasi sepakat untuk mengandangkan bus mereka setelah pukul 21.00, meskipun kendaraan lain masih berlalu-lalang.
(Uu.C003)
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015